Investasi Bodong Marak, Psikologi Ingin Cepat Kaya Bikin Mudah Terjebak
Rabu, 16 Desember 2020 - 17:03 WIB
JAKARTA - Kemajuan teknologi dan bisnis ekonomi nampaknya selain berdampak positif, juga ada efek negatif yang menyertainya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya investasi bodong yang memanfaatkan psikologi masyarakat untuk mengeruk dana dari masyarakat.
Mengenai hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta masyarakat agar lebih berhati-hati apabila ingin menanamkan investasi. Hal ini mengingat maraknya investasi ilegal atau biasa disebut investasi bodong yang merugikan masyarakat.
(Baca Juga: Korban Berharap Jaksa Beri Tuntutan Maksimal pada Terdakwa Investasi Bodong )
Beberapa kasus investasi bodong, sebut saja investasi bodong sarang burung walet di Cirebon, yang kerugian masyarakat mencapai milyaran rupiah. Juga kasus investasi bodong yang terjadi di Cianjur yang melibatkan banyak investor yang merupakan buruh pabrik dan ibu rumah tangga.
Berkaitan dengan hal tersebut, Ega Saintya Hanif yang memprakarsai situs kampuspsikologi.com mengatakan, bahwa para penipu investasi bodong banyak memanfaatkan psikologi masyarakat yang mudah terbujuk janji dan rayuan manis.
"Oknum yang menawarkan investasi bodong sering memanfaatkan psikologis masyarakat yang mudah diberi janji manis, mudah percaya melihat sukses saudara atau teman dekat yang terlebih dulu ikut investasi bodong tersebut," sebut Ega.
Sebenarnya pemerintah sudah banyak memberikan informasi yang cukup lengkap kepada masyarakat agar terhindar dari maraknya investasi bodong. Salah satunya adalah dengan adanya deputi edukasi dan perlindungan konsumen yang diharapkan memberikan banyak informasi kepada masyarakat agar lebih cerdas dalam melakukan investasi.
(Baca Juga: Satgas SWI Blokir 349 Investasi Bodong dan 1.026 Fintech Ilegal )
Saat ini psikologi di masyarakat Indonesia, baik yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah masih tergiur dengan proses instant dalam berbisnis dan ingin cepat kaya dan sukses dalam sekejab. Psikologi masyarakat ini dimanfaatkan oleh para penipu.
"Dengan memberikan imbalan hasil investasi yang cepat dan prosentase yang cukup tinggi yang secara nalar bisnis tidak masuk akal. Yang lebih menyedihkan lagi, investasi abal-abal ini biasanya malah ditawarkan orang-orang yang dekat dengan korban," ungkapnya.
Dengan memberikan memberikan bukti "sedikit hasil" yang telah mereka peroleh dan sebenarnya orang dekat yang menawarkan tersebut juga merupakan korban yang sudah masuk dalam lingkaran bisnis penipu.
Mengenai hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta masyarakat agar lebih berhati-hati apabila ingin menanamkan investasi. Hal ini mengingat maraknya investasi ilegal atau biasa disebut investasi bodong yang merugikan masyarakat.
(Baca Juga: Korban Berharap Jaksa Beri Tuntutan Maksimal pada Terdakwa Investasi Bodong )
Beberapa kasus investasi bodong, sebut saja investasi bodong sarang burung walet di Cirebon, yang kerugian masyarakat mencapai milyaran rupiah. Juga kasus investasi bodong yang terjadi di Cianjur yang melibatkan banyak investor yang merupakan buruh pabrik dan ibu rumah tangga.
Berkaitan dengan hal tersebut, Ega Saintya Hanif yang memprakarsai situs kampuspsikologi.com mengatakan, bahwa para penipu investasi bodong banyak memanfaatkan psikologi masyarakat yang mudah terbujuk janji dan rayuan manis.
"Oknum yang menawarkan investasi bodong sering memanfaatkan psikologis masyarakat yang mudah diberi janji manis, mudah percaya melihat sukses saudara atau teman dekat yang terlebih dulu ikut investasi bodong tersebut," sebut Ega.
Sebenarnya pemerintah sudah banyak memberikan informasi yang cukup lengkap kepada masyarakat agar terhindar dari maraknya investasi bodong. Salah satunya adalah dengan adanya deputi edukasi dan perlindungan konsumen yang diharapkan memberikan banyak informasi kepada masyarakat agar lebih cerdas dalam melakukan investasi.
(Baca Juga: Satgas SWI Blokir 349 Investasi Bodong dan 1.026 Fintech Ilegal )
Saat ini psikologi di masyarakat Indonesia, baik yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah masih tergiur dengan proses instant dalam berbisnis dan ingin cepat kaya dan sukses dalam sekejab. Psikologi masyarakat ini dimanfaatkan oleh para penipu.
"Dengan memberikan imbalan hasil investasi yang cepat dan prosentase yang cukup tinggi yang secara nalar bisnis tidak masuk akal. Yang lebih menyedihkan lagi, investasi abal-abal ini biasanya malah ditawarkan orang-orang yang dekat dengan korban," ungkapnya.
Dengan memberikan memberikan bukti "sedikit hasil" yang telah mereka peroleh dan sebenarnya orang dekat yang menawarkan tersebut juga merupakan korban yang sudah masuk dalam lingkaran bisnis penipu.
(akr)
tulis komentar anda