Energi Terbarukan Buka Lapangan Kerja Baru, Gajinya Tinggi Lho!
Kamis, 17 Desember 2020 - 20:28 WIB
JAKARTA - Ekonom Senior Institute for Development of Economics (Indef) Faisal Basri mengatakan, transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) akan menciptakan lapangan kerja baru.
Menurut dia, transisi energi ini bukan ancaman bagi para pekerja karena akan muncul pekerjaan baru lainnya. "Sudah terbukti bahwa energi terbarukan ini create jobs. Jadi bukan dengan omnibus law, tapi dengan new economy ini akan create job," ujarnya dalam webinar, Kamis (17/12/2020).
( )
Dia melanjutkan, lapangan kerja baru yang tercipta akan menyesuaikan kebutuhan dari industrinya. Misalnya, bengkel motor dan mobil akan berkurang namun nantinya akan digantikan dengan bengkel motor dan mobil listrik.
"Begitu juga dengan adanya solar panel akan muncul bengkel solar panel sehingga banyak sekali. Ini juga sudah terbukti dari berbagai kajian," ungkapnya.
Menurut dia, pemerintah seharusnya tidak lagi membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara jika memang serius melakukan transisi energi ke energi terbarukan. Hal ini karena penggunaan energi terbarukan terbukti lebih murah dibandingkan membangun PLTU.
Faisal menyontohkan, pekerjaan di bidang energi terbarukan bermunculan di seluruh Amerika Serikat sehingga menciptakan tenaga kerja bergaji tinggi dan stabil di beberapa negara. Sementara industri batu bara mengalami penurunan.
( )
Pada 2025 hampir seluruh PLTU batu bara di Amerika Serikat akan memakan biaya lebih tinggi dibandingkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan seperti angin dan surya.
Contoh lainnya, Jepang yang berencana melarang penjualan mobil berbasis bensin pada pertengahan tahun 2030. "Jadi ini berpacu dengan waktu. Kuncinya adalah riset," tandasnya.
Menurut dia, transisi energi ini bukan ancaman bagi para pekerja karena akan muncul pekerjaan baru lainnya. "Sudah terbukti bahwa energi terbarukan ini create jobs. Jadi bukan dengan omnibus law, tapi dengan new economy ini akan create job," ujarnya dalam webinar, Kamis (17/12/2020).
( )
Dia melanjutkan, lapangan kerja baru yang tercipta akan menyesuaikan kebutuhan dari industrinya. Misalnya, bengkel motor dan mobil akan berkurang namun nantinya akan digantikan dengan bengkel motor dan mobil listrik.
"Begitu juga dengan adanya solar panel akan muncul bengkel solar panel sehingga banyak sekali. Ini juga sudah terbukti dari berbagai kajian," ungkapnya.
Menurut dia, pemerintah seharusnya tidak lagi membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara jika memang serius melakukan transisi energi ke energi terbarukan. Hal ini karena penggunaan energi terbarukan terbukti lebih murah dibandingkan membangun PLTU.
Faisal menyontohkan, pekerjaan di bidang energi terbarukan bermunculan di seluruh Amerika Serikat sehingga menciptakan tenaga kerja bergaji tinggi dan stabil di beberapa negara. Sementara industri batu bara mengalami penurunan.
( )
Pada 2025 hampir seluruh PLTU batu bara di Amerika Serikat akan memakan biaya lebih tinggi dibandingkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan seperti angin dan surya.
Contoh lainnya, Jepang yang berencana melarang penjualan mobil berbasis bensin pada pertengahan tahun 2030. "Jadi ini berpacu dengan waktu. Kuncinya adalah riset," tandasnya.
(ind)
tulis komentar anda