Ini Dia Biang Kerok Penyebab Investor Migas Ogah Tanam Duit
Selasa, 12 Januari 2021 - 13:39 WIB
JAKARTA - Realisasi investasi sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) pada tahun 2020 sebesar USD24,4 miliar. Realisasi ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019 yang sebesar USD33,2 miliar.
Subsektor migas pada tahun 2020 masih memberikan kontribusi investasi sebesar USD12,1 miliar. Meski menjadi yang paling besar, namun angkanya menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar USD12,9 miliar. ( Baca juga:Investasi Sektor ESDM di 2021 Ditargetkan Capai Rp50,96 Triliun )
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, jatuhnya harga minyak sepanjang tahun 2020 menjadi penyebab turunnya realisasi investasi migas. Kondisi ini membuat kontraktor migas memilih untuk wait and see terlebih dahulu.
"Yang utama bagi pengusaha migas adalah harga minyak karena itu semua menentukan investasi," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Selasa (12/1/2021).
Dia melanjutkan, pada tahun 2020, jatuhnya harga minyak dunia dimulai oleh pandemi Covid-19. Namun pertemuan OPEC+ tidak menemukan kesepakatan dengan negara-negara di luar OPEC seperti Rusia dan Meksiko yang menolak pemotongan produksi minyak yang diusulkan oleh Arab Saudi. "Dari situlah yang memicu jatuhnya harga minyak secara drastis," imbuhnya.
Moshe menuturkan, pandemi Covid-19 juga memperburuk situasi karena permintaan menurun drastis. Hal ini yang membuat investor maupun kontraktor migas memilih menahan investasi secara besar, terutama di sektor eksplorasi.
"Kami sebagai kontraktor, pemain migas, melihat itu sebagai suatu krisis 2020 karena permintaan menurun. Kondisi harga minyak juga anjlok sehingga investor menahan dulu. Jadi tidak terlalu mengeluarkan modal secara besar, apalagi yang paling banyak kena itu di kegiatan eksplorasi," jelasnya. ( Baca juga:Sekali Lagi Demokrasi Dinilai Mundur, LP3ES: Indonesia Balik Kanan ke Tirani )
Selain itu, restriksi pembatasan sosial berskala besar dan perjalanan luar kota dan luar negeri juga menunda kegiatan operasional. Menurut Moshe, banyak proyek terhambat karena adanya pembatasan sosial termasuk operasi perawatan dan kegiatan lainnya.
"Walaupun perusahaan K3S punya anggaran untuk melakukan proyeknya atau membayar kontraktornya, tapi banyak pekerjaan yang terhambat karena restriksi pembatasan sosial. Mobilisasi material dan peralatan juga jadi terhambat sehingga menyebabkan produksi menurun," tandasnya.
Subsektor migas pada tahun 2020 masih memberikan kontribusi investasi sebesar USD12,1 miliar. Meski menjadi yang paling besar, namun angkanya menurun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar USD12,9 miliar. ( Baca juga:Investasi Sektor ESDM di 2021 Ditargetkan Capai Rp50,96 Triliun )
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, jatuhnya harga minyak sepanjang tahun 2020 menjadi penyebab turunnya realisasi investasi migas. Kondisi ini membuat kontraktor migas memilih untuk wait and see terlebih dahulu.
"Yang utama bagi pengusaha migas adalah harga minyak karena itu semua menentukan investasi," ujarnya pada Market Review IDX Channel, Selasa (12/1/2021).
Dia melanjutkan, pada tahun 2020, jatuhnya harga minyak dunia dimulai oleh pandemi Covid-19. Namun pertemuan OPEC+ tidak menemukan kesepakatan dengan negara-negara di luar OPEC seperti Rusia dan Meksiko yang menolak pemotongan produksi minyak yang diusulkan oleh Arab Saudi. "Dari situlah yang memicu jatuhnya harga minyak secara drastis," imbuhnya.
Moshe menuturkan, pandemi Covid-19 juga memperburuk situasi karena permintaan menurun drastis. Hal ini yang membuat investor maupun kontraktor migas memilih menahan investasi secara besar, terutama di sektor eksplorasi.
"Kami sebagai kontraktor, pemain migas, melihat itu sebagai suatu krisis 2020 karena permintaan menurun. Kondisi harga minyak juga anjlok sehingga investor menahan dulu. Jadi tidak terlalu mengeluarkan modal secara besar, apalagi yang paling banyak kena itu di kegiatan eksplorasi," jelasnya. ( Baca juga:Sekali Lagi Demokrasi Dinilai Mundur, LP3ES: Indonesia Balik Kanan ke Tirani )
Selain itu, restriksi pembatasan sosial berskala besar dan perjalanan luar kota dan luar negeri juga menunda kegiatan operasional. Menurut Moshe, banyak proyek terhambat karena adanya pembatasan sosial termasuk operasi perawatan dan kegiatan lainnya.
"Walaupun perusahaan K3S punya anggaran untuk melakukan proyeknya atau membayar kontraktornya, tapi banyak pekerjaan yang terhambat karena restriksi pembatasan sosial. Mobilisasi material dan peralatan juga jadi terhambat sehingga menyebabkan produksi menurun," tandasnya.
(uka)
tulis komentar anda