Klaim Impor Ubin Premium Tak Ganggu Keramik Lokal, FOSBBI Minta Safeguard Dicabut
Selasa, 02 Februari 2021 - 17:28 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Forum Suplier Bahan Bangunan Indonesia (FOSBBI) Antonius Tan mengungkapkan bahwa impor produk keramik premium atau yang disebut porcelain tile tidak akan menggangu industri produk lokal. Sebab, keduanya memiliki segmen pasar yang berbeda.
"Bukan apple to apple, jadi tidak akan mengganggu industri keramik yang ada" katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Ia menjelaskan bahwa porcelain tile dan nonporcelain tile (atau keramik biasa) merupakan produk yang berbeda. Dari segi kualitas porceline tile lebih kuat karena kadar air yang sangat sedikit, sehingga tidak mudah pecah. Sedangkan keramik memiliki kadar air yang tinggi.
"Dari segmen pasar, porcelain tile juga mempunyai market yang berbeda. Lebih premium. Porcelain tile pasarnya lebih ke mall, perkantoran dan perumahan mewah," jelasnya.
Berdasarkan data yang dirangkum FOSBBI, kapasitas industri yang mampu memproduksi produk Homogeneus Tile sebesar 160 juta meter persegi (m2) per tahun. Sedangkan, berdasarkan data Ceramic Wolrd Review 2020, impor keramik tahun 2019 sebesar 21% dari konsumsi dalam negeri.
"Yang bisa diproduksi 370 juta. Itu untuk yang porcelain tile dan keramik. Jika dibagi lagi kapasitas untuk porcelain tile 160 juta. Yang di produksi 70 juta dan kita impor cuma 70 juta. Jika dibandingkan dengan 370 itu sedikit dan itu enggak mengganggu sama sekali industri dalam negeri," terangnya.
Bahkan, imbuh dia, dikhawatirkan bila produk ubin premium tersebut tidak terpenuhi di dalam negeri maka proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah akan terganggu. Sebab, proyek-proyek besar seperti bandara, hotel, perkantoran, mall, perumahan mewah sudah beralih menggunakan produk porcelain tile.
Untuk itu, Ia meminta kepada pemerintah agar mencabut safeguard terhadap impor porceline tile. Sebab, adanya safeguard sebesar 19% ditambah 4,5% bea masuk, 12% ppn dan serta biaya lainnya, maka total costnya sampai 40 persen. "Dengan besarnya pengeluaran tersebut, membuat harga porceline tile impor tidak bisa bersaing dipasar domestik," kata dia.
"Bukan apple to apple, jadi tidak akan mengganggu industri keramik yang ada" katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Ia menjelaskan bahwa porcelain tile dan nonporcelain tile (atau keramik biasa) merupakan produk yang berbeda. Dari segi kualitas porceline tile lebih kuat karena kadar air yang sangat sedikit, sehingga tidak mudah pecah. Sedangkan keramik memiliki kadar air yang tinggi.
"Dari segmen pasar, porcelain tile juga mempunyai market yang berbeda. Lebih premium. Porcelain tile pasarnya lebih ke mall, perkantoran dan perumahan mewah," jelasnya.
Berdasarkan data yang dirangkum FOSBBI, kapasitas industri yang mampu memproduksi produk Homogeneus Tile sebesar 160 juta meter persegi (m2) per tahun. Sedangkan, berdasarkan data Ceramic Wolrd Review 2020, impor keramik tahun 2019 sebesar 21% dari konsumsi dalam negeri.
"Yang bisa diproduksi 370 juta. Itu untuk yang porcelain tile dan keramik. Jika dibagi lagi kapasitas untuk porcelain tile 160 juta. Yang di produksi 70 juta dan kita impor cuma 70 juta. Jika dibandingkan dengan 370 itu sedikit dan itu enggak mengganggu sama sekali industri dalam negeri," terangnya.
Bahkan, imbuh dia, dikhawatirkan bila produk ubin premium tersebut tidak terpenuhi di dalam negeri maka proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah akan terganggu. Sebab, proyek-proyek besar seperti bandara, hotel, perkantoran, mall, perumahan mewah sudah beralih menggunakan produk porcelain tile.
Untuk itu, Ia meminta kepada pemerintah agar mencabut safeguard terhadap impor porceline tile. Sebab, adanya safeguard sebesar 19% ditambah 4,5% bea masuk, 12% ppn dan serta biaya lainnya, maka total costnya sampai 40 persen. "Dengan besarnya pengeluaran tersebut, membuat harga porceline tile impor tidak bisa bersaing dipasar domestik," kata dia.
(fai)
tulis komentar anda