Banting Setir di Puncak Karir, Mengapa Tidak?
Jum'at, 05 Februari 2021 - 05:49 WIB
JAKARTA - Pindah haluan mendadak saat di posisi puncak rasanya tentu mengagetkan dan tak nyaman. Namun bagi sebagian orang, mengakhiri posisi saat di puncak karir adalah pilihan logis, bahkan strategis.
Sederet pemimpin perusahaan, atlet hingga artis berani melakukan langkah tak lazim tersebut. Terakhir seperti dilakukan pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Amazon.com inc Jeff Bezos . Awal pekan ini, Bezos memilih mundur dari posisinya sebagai orang tertinggi di perusahaan setelah dia bekerja sekitar 30 tahun.
Di luar Bezos, langkah tak wajar serupa juga dilakukan pendiri Alibaba Group, Jack Ma . Pada September 2019, Jack Ma secara mengejutkan meninggalkan posisinya kendati saat itu pamornya tengah naik daun. Jack Ma mengaku ingin menjadi pengajar lagi dan aktif di kegiatan sosial.
Selain Bezos dan Jack Ma, pemain sepakbola asal Prancis Zinedine Zidane dan atlet mixed martial arts (MMA) Khabib Nurmagomedov membuat keputusan hidup tak jauh beda. Di Indonesia atlet bulu tangkis Tontowi-Liliana Natsir juga memilih gantung raket kendati tengah berada di puncak prestasi.
Banting setir di tengah puncak karir adalah tindakan berani yang kadang penuh kritik dan risiko. Namun mereka menilai, langkah itu justru adalah sebuah terobosan hidup untuk mencapai kepentingan yang lebih besar. Keberanian membuat terobosan dengan tidak larut pada kondisi nyaman (comfort zone) pun sebuah kenisayaan di tengah situasi yang penuh tantangan seperti pandemi Covid-19 saat ini. Ketika kondisi serba terkontraksi dan tak pasti, diperlukan sosok-sosok pemimpin atau pribadi yang adaptif. Dengan demikian, maka akan lahir kreativitas tinggi dan pribadi tangguh.
Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta mengatakan, langkah orang berani mundur saat dalam kondisi nyaman adalah langkah hebat. Baginya, bisa sampai ke puncak karir adalah sebuah perjalanan yang tidak mudah. Untuk mencapainya dibutuhkan kerja keras dan mereka memahami betul langkah-langkah ini. Upaya pindah haluan dilakukan untuk membentuk sesuatu yang baru, dorongan baru, tentunya dengan cara-cara yang sebelumnya sudah pernah mereka jalan. “Intinya mencoba peruntungan baru karena merasa sudah lebih siap dan memiliki bekal untuk sesuatu yang baru,” katanya.
Dia mencontohkan, pada bidang karir seperti atlet memang ada expired date atau masakeemasannya. Dengan fakta ini, jika atlet tidak ‘cepat’ beralih malah mungkin tidak bisa membangun kesuksesan baru karena perubahan itu sendiri membutuhkan banyak energi dan pemikiran. Saat berada di puncak karir dan memiliki banyak sumber daya, bisa dimanfaatkan untuk mencoba peruntungan di bidang yang baru. “Karir memang lebih terkait dengan profesi daripada bekerja terus menerus di satu tempat. Jika dia bisa pindah dan meraih kesuksesan yang lebih daripada sekarang tentu akan lebih baik,” tandasnya.
Sederet pemimpin perusahaan, atlet hingga artis berani melakukan langkah tak lazim tersebut. Terakhir seperti dilakukan pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Amazon.com inc Jeff Bezos . Awal pekan ini, Bezos memilih mundur dari posisinya sebagai orang tertinggi di perusahaan setelah dia bekerja sekitar 30 tahun.
Di luar Bezos, langkah tak wajar serupa juga dilakukan pendiri Alibaba Group, Jack Ma . Pada September 2019, Jack Ma secara mengejutkan meninggalkan posisinya kendati saat itu pamornya tengah naik daun. Jack Ma mengaku ingin menjadi pengajar lagi dan aktif di kegiatan sosial.
Selain Bezos dan Jack Ma, pemain sepakbola asal Prancis Zinedine Zidane dan atlet mixed martial arts (MMA) Khabib Nurmagomedov membuat keputusan hidup tak jauh beda. Di Indonesia atlet bulu tangkis Tontowi-Liliana Natsir juga memilih gantung raket kendati tengah berada di puncak prestasi.
Banting setir di tengah puncak karir adalah tindakan berani yang kadang penuh kritik dan risiko. Namun mereka menilai, langkah itu justru adalah sebuah terobosan hidup untuk mencapai kepentingan yang lebih besar. Keberanian membuat terobosan dengan tidak larut pada kondisi nyaman (comfort zone) pun sebuah kenisayaan di tengah situasi yang penuh tantangan seperti pandemi Covid-19 saat ini. Ketika kondisi serba terkontraksi dan tak pasti, diperlukan sosok-sosok pemimpin atau pribadi yang adaptif. Dengan demikian, maka akan lahir kreativitas tinggi dan pribadi tangguh.
Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta mengatakan, langkah orang berani mundur saat dalam kondisi nyaman adalah langkah hebat. Baginya, bisa sampai ke puncak karir adalah sebuah perjalanan yang tidak mudah. Untuk mencapainya dibutuhkan kerja keras dan mereka memahami betul langkah-langkah ini. Upaya pindah haluan dilakukan untuk membentuk sesuatu yang baru, dorongan baru, tentunya dengan cara-cara yang sebelumnya sudah pernah mereka jalan. “Intinya mencoba peruntungan baru karena merasa sudah lebih siap dan memiliki bekal untuk sesuatu yang baru,” katanya.
Dia mencontohkan, pada bidang karir seperti atlet memang ada expired date atau masakeemasannya. Dengan fakta ini, jika atlet tidak ‘cepat’ beralih malah mungkin tidak bisa membangun kesuksesan baru karena perubahan itu sendiri membutuhkan banyak energi dan pemikiran. Saat berada di puncak karir dan memiliki banyak sumber daya, bisa dimanfaatkan untuk mencoba peruntungan di bidang yang baru. “Karir memang lebih terkait dengan profesi daripada bekerja terus menerus di satu tempat. Jika dia bisa pindah dan meraih kesuksesan yang lebih daripada sekarang tentu akan lebih baik,” tandasnya.
tulis komentar anda