Menekan Angka Kemiskinan: Antara Optimistis dan Waspada
Senin, 15 Februari 2021 - 21:53 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan, kebijakan prioritas akan terus berlanjut pada 2021, misalnya melalui vaksinasi massal, penguatan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan memakai sabun) dan 3T (testing, tracing, dan treatment), serta penguatan Program PEN. Tujuannya, mengurangi kemiskinan di tahun 2021.
“Dengan tren ekonomi terkini, pemerintah optimistis namun tetap waspada bahwa pandemi dapat dikendalikan dan aktivitas sosial ekonomi terus berangsur pulih sehingga tingkat kemiskinan dan pengangguran ke depannya dapat menurun kembali,” ujar Febrio di Jakarta, Senin (15/2/2021). ( Baca juga:Tahun Lalu Pemerintah Sukses Selamatkan Lima Juta Orang Jatuh Miskin )
Kata dia, pandemi Covid-19 membawa pengaruh signifikan terhadap kinerja ekonomi yang berdampak pada kemiskinan. Tren penurunan kemiskinan yang telah terjadi hingga akhir 2019 terhenti. Pada periode September 2020, tingkat kemiskinan menjadi 10,19%, atau meningkat 0,97 poin persentase (pp) dibandingkan September 2019 yang sebesar 9,22%.
"Dampak pandemi ini mulai dirasakan pada kuartal I-2020 ketika persentase penduduk miskin naik menjadi 9,78%, atau naik 0,37 pp dari Maret 2019. Secara jumlah orang, penduduk miskin pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang, atau meningkat 2,76 juta orang dibandingkan tahun lalu," imbuhnya.
Secara spasial, persentase penduduk miskin pedesaan per September 2020 naik menjadi 13,20% dari 12,6% pada September 2019. Persentase penduduk miskin perkotaan mengalami kenaikan menjadi 7,88% dibandingkan September 2019 yang hanya sebesar 6,56%. Hal ini sebagai akibat terjadinya penurunan aktivitas ekonomi di seluruh wilayah, terutama di perkotaan. ( Baca juga:Royal Enfield, Aura Klasik, Value for Money hingga Dimodifikasi Presiden Jokowi )
Sementara itu, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Rasio Gini adalah sebesar 0,385 per September 2020. Angka ini meningkat 0,005 poin dibandingkan dengan Rasio Gini September 2019 yang sebesar 0,380. Namun dapat digarisbawahi bahwa porsi pengeluaran penduduk kelompok 40% terbawah adalah sebesar 17,93%.
Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, porsi tersebut termasuk rendah karena berada di atas 17%. Bank Dunia membagi tingkat ketimpangan menjadi tiga kategori, yaitu ketimpangan “tinggi” jika persentase pengeluaran kelompok 40% terbawah porsinya di bawah 12%, “sedang” jika antara 12–17%, dan “rendah” jika di atas 17%.
Lihat Juga: Pidato Kenegaraan Terakhir, Jokowi Klaim Angka Kemiskinan Ekstrem dan Pengangguran Turun
“Dengan tren ekonomi terkini, pemerintah optimistis namun tetap waspada bahwa pandemi dapat dikendalikan dan aktivitas sosial ekonomi terus berangsur pulih sehingga tingkat kemiskinan dan pengangguran ke depannya dapat menurun kembali,” ujar Febrio di Jakarta, Senin (15/2/2021). ( Baca juga:Tahun Lalu Pemerintah Sukses Selamatkan Lima Juta Orang Jatuh Miskin )
Kata dia, pandemi Covid-19 membawa pengaruh signifikan terhadap kinerja ekonomi yang berdampak pada kemiskinan. Tren penurunan kemiskinan yang telah terjadi hingga akhir 2019 terhenti. Pada periode September 2020, tingkat kemiskinan menjadi 10,19%, atau meningkat 0,97 poin persentase (pp) dibandingkan September 2019 yang sebesar 9,22%.
"Dampak pandemi ini mulai dirasakan pada kuartal I-2020 ketika persentase penduduk miskin naik menjadi 9,78%, atau naik 0,37 pp dari Maret 2019. Secara jumlah orang, penduduk miskin pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang, atau meningkat 2,76 juta orang dibandingkan tahun lalu," imbuhnya.
Secara spasial, persentase penduduk miskin pedesaan per September 2020 naik menjadi 13,20% dari 12,6% pada September 2019. Persentase penduduk miskin perkotaan mengalami kenaikan menjadi 7,88% dibandingkan September 2019 yang hanya sebesar 6,56%. Hal ini sebagai akibat terjadinya penurunan aktivitas ekonomi di seluruh wilayah, terutama di perkotaan. ( Baca juga:Royal Enfield, Aura Klasik, Value for Money hingga Dimodifikasi Presiden Jokowi )
Sementara itu, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Rasio Gini adalah sebesar 0,385 per September 2020. Angka ini meningkat 0,005 poin dibandingkan dengan Rasio Gini September 2019 yang sebesar 0,380. Namun dapat digarisbawahi bahwa porsi pengeluaran penduduk kelompok 40% terbawah adalah sebesar 17,93%.
Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, porsi tersebut termasuk rendah karena berada di atas 17%. Bank Dunia membagi tingkat ketimpangan menjadi tiga kategori, yaitu ketimpangan “tinggi” jika persentase pengeluaran kelompok 40% terbawah porsinya di bawah 12%, “sedang” jika antara 12–17%, dan “rendah” jika di atas 17%.
Lihat Juga: Pidato Kenegaraan Terakhir, Jokowi Klaim Angka Kemiskinan Ekstrem dan Pengangguran Turun
(uka)
tulis komentar anda