Digitalisasi Jembatani Koperasi untuk Keluar dari Zona Nyaman

Selasa, 23 Februari 2021 - 22:12 WIB
Foto/Ist
JAKARTA - Koperasi kerap disebut sebagai soko guru atau tulang punggung perekonomian nasional. Dengan jumlah koperasi di Indonesia yang saat ini berkisar 126.000, perannya sebagai penggerak ekonomi seharusnya bisa lebih signifikan.

Namun ternyata, kontribusi koperasi terhadap pertumbuhan ekonomi yang dinilai dari Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini masih kecil. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM pada Februari 2016 kontribusi koperasi terhadap PDB hanya berkisar 1,6% lalu meningkat menjadi 3,99% pada 2017.

( )

Meski ada peningkatan tetapi masih kecil jika dibandingkan dengan BUMN dan perusahaan swasta. Demikian juga jika dibanding kontribusi PDB koperasi di negara-negara maju seperti Singapura, Jepang, dan negara-negara Eropa dan Amerika. Kondisi tersebut semakin mencerminkan belum optimalnya peran pelaku usaha koperasi.

Terobosan yang harus dilakukan koperasi adalah mengubah model bisnisnya. Koperasi saat bisnis di zona nyaman, dengan tantangan yang kecil, jauh dari kerjasama dan kolaborasi.



Trust dan interoperabilitas sesama koperasi dan koperasi ke pelaku bisnis lain sangat rendah, dan yang mendasar belum menggunakan teknologi digital secara optimal. Serba setengah menjadikan koperasi tidak pernah mencapai skala bisnis yang besar atau konglomerasi.

Memang tidak mudah mengubah paradigma dan model bisnis di koperasi. Koperasi perlu keluar dari zona nyamannya selama ini dan menggandeng perkembangan teknologi agar bisa melayani para anggotanya secara lebih efektif dan optimal.

( )

Wakil Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Agung Sudjatmoko mengatakan, koperasi membutuhkan revolusi mindset dan strategi bisnis menyongsong masa depan. Aset Digital menjadi salah satu yang harus dibangun di Gerakan koperasi.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More