Digitalisasi Jembatani Koperasi untuk Keluar dari Zona Nyaman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Koperasi kerap disebut sebagai soko guru atau tulang punggung perekonomian nasional. Dengan jumlah koperasi di Indonesia yang saat ini berkisar 126.000, perannya sebagai penggerak ekonomi seharusnya bisa lebih signifikan.
Namun ternyata, kontribusi koperasi terhadap pertumbuhan ekonomi yang dinilai dari Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini masih kecil. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM pada Februari 2016 kontribusi koperasi terhadap PDB hanya berkisar 1,6% lalu meningkat menjadi 3,99% pada 2017.
( )
Meski ada peningkatan tetapi masih kecil jika dibandingkan dengan BUMN dan perusahaan swasta. Demikian juga jika dibanding kontribusi PDB koperasi di negara-negara maju seperti Singapura, Jepang, dan negara-negara Eropa dan Amerika. Kondisi tersebut semakin mencerminkan belum optimalnya peran pelaku usaha koperasi.
Terobosan yang harus dilakukan koperasi adalah mengubah model bisnisnya. Koperasi saat bisnis di zona nyaman, dengan tantangan yang kecil, jauh dari kerjasama dan kolaborasi.
Trust dan interoperabilitas sesama koperasi dan koperasi ke pelaku bisnis lain sangat rendah, dan yang mendasar belum menggunakan teknologi digital secara optimal. Serba setengah menjadikan koperasi tidak pernah mencapai skala bisnis yang besar atau konglomerasi.
Memang tidak mudah mengubah paradigma dan model bisnis di koperasi. Koperasi perlu keluar dari zona nyamannya selama ini dan menggandeng perkembangan teknologi agar bisa melayani para anggotanya secara lebih efektif dan optimal.
( )
Wakil Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Agung Sudjatmoko mengatakan, koperasi membutuhkan revolusi mindset dan strategi bisnis menyongsong masa depan. Aset Digital menjadi salah satu yang harus dibangun di Gerakan koperasi.
"Teknologi blockchain menciptakan sistem bisnis yang transparan, menggunakan aset digital dan sebagai sistem bisnis yang bisa membangun trust serta memberikan jaminan keamanan atas para pelakunya," ujarnya, dikutip Selasa (23/2/2021).
Dia melanjutkan, salah satu terobosan yang dapat dilakukan oleh Gerakan koperasi menuju digitalisasi adalah bekerjasama dengan PT. NHC Teknologi. "Kerja sama ini untuk membangun sistem keuangan digital di atas ekosistem koperasi melalui pemanfaatan Neo Holistic salah satunya sebagai instrumen baru dalam ekosistem di koperasi,” ungkapnya.
( )
CEO PT NHC Teknologi Indonesia, Irvan Tisnabudi menambahkan, pihaknya ingin menciptakan solusi agar para anggota koperasi khususnya para anggota Koperasi Milenial dapat menikmati layanan Simpan Pinjam berbasis aset digital (Neo Holistic) yang simpel dan praktis.
"Selain itu juga dapat diakses oleh seluruh penduduk Indonesia bahkan dunia hanya dengan menggunakan Smartphone, memiliki jaminan investasi berupa aset riil dan memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang ada di dalam ekosistem digitalnya,” tuturnya.
Namun ternyata, kontribusi koperasi terhadap pertumbuhan ekonomi yang dinilai dari Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini masih kecil. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM pada Februari 2016 kontribusi koperasi terhadap PDB hanya berkisar 1,6% lalu meningkat menjadi 3,99% pada 2017.
( )
Meski ada peningkatan tetapi masih kecil jika dibandingkan dengan BUMN dan perusahaan swasta. Demikian juga jika dibanding kontribusi PDB koperasi di negara-negara maju seperti Singapura, Jepang, dan negara-negara Eropa dan Amerika. Kondisi tersebut semakin mencerminkan belum optimalnya peran pelaku usaha koperasi.
Terobosan yang harus dilakukan koperasi adalah mengubah model bisnisnya. Koperasi saat bisnis di zona nyaman, dengan tantangan yang kecil, jauh dari kerjasama dan kolaborasi.
Trust dan interoperabilitas sesama koperasi dan koperasi ke pelaku bisnis lain sangat rendah, dan yang mendasar belum menggunakan teknologi digital secara optimal. Serba setengah menjadikan koperasi tidak pernah mencapai skala bisnis yang besar atau konglomerasi.
Memang tidak mudah mengubah paradigma dan model bisnis di koperasi. Koperasi perlu keluar dari zona nyamannya selama ini dan menggandeng perkembangan teknologi agar bisa melayani para anggotanya secara lebih efektif dan optimal.
( )
Wakil Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Agung Sudjatmoko mengatakan, koperasi membutuhkan revolusi mindset dan strategi bisnis menyongsong masa depan. Aset Digital menjadi salah satu yang harus dibangun di Gerakan koperasi.
"Teknologi blockchain menciptakan sistem bisnis yang transparan, menggunakan aset digital dan sebagai sistem bisnis yang bisa membangun trust serta memberikan jaminan keamanan atas para pelakunya," ujarnya, dikutip Selasa (23/2/2021).
Dia melanjutkan, salah satu terobosan yang dapat dilakukan oleh Gerakan koperasi menuju digitalisasi adalah bekerjasama dengan PT. NHC Teknologi. "Kerja sama ini untuk membangun sistem keuangan digital di atas ekosistem koperasi melalui pemanfaatan Neo Holistic salah satunya sebagai instrumen baru dalam ekosistem di koperasi,” ungkapnya.
( )
CEO PT NHC Teknologi Indonesia, Irvan Tisnabudi menambahkan, pihaknya ingin menciptakan solusi agar para anggota koperasi khususnya para anggota Koperasi Milenial dapat menikmati layanan Simpan Pinjam berbasis aset digital (Neo Holistic) yang simpel dan praktis.
"Selain itu juga dapat diakses oleh seluruh penduduk Indonesia bahkan dunia hanya dengan menggunakan Smartphone, memiliki jaminan investasi berupa aset riil dan memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang ada di dalam ekosistem digitalnya,” tuturnya.
(ind)