Harga Cabai di Pasar Meroket, Petani Lembang Kasih Penjelasan Ini
Rabu, 10 Maret 2021 - 00:20 WIB
BANDUNG BARAT - Selama beberapa pekan terakhir, harga komoditas cabai rawit di berbagai daerah mengalami lonjakan yang sangat signifikan. Kondisi itu memunculkan pertanyaan dari berbagai kalangan mengingat sebentar lagi akan memasuki bulan puasa.
Terkait kondisi tersebut, petani cabai di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengungkapkan sejumlah alasan kenapa harga cabai bisa begitu 'pedas' di pasaran. Salah satu yang berpengaruh adalah faktor cuaca ekstrem sehingga membuat banyak tanaman cabai mati.
"Akibat cuaca ekstrem tanaman cabai lebih mudah terserang hama dan mati, jadi hasil panen menjadi berkurang," terang petani di Desa Wangunharja, Lembang, KBB, Masri, Selasa (9/3).
Kondisi itu membuat petani jarang yang menanam cabai, bahkan dirinya pun hanya menanam untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Selain itu tingginya harga cabai saat ini juga disebabkan jalur distribusi yang terlalu panjang dari petani ke pasar.
Masri menyebutkan, harga cabai rawit di kebun sudah dijual di atas Rp80.000/kilogram. Namun ketika sudah sampai di pasar, maka harga lebih tinggi lagi, sehingga tidak mengherankan harga ke konsumen bisa mencapai Rp120.000-140.000/kilogram.
"Meski harga mahal tapi tidak akan mendongkrak kesejahteraan petani, karena distribusi yang panjang serta stoknya juga tidak ada," kata dia.
Sementara menurut petani asal Desa Cikidang, Lembang, Ading, sejumlah petani di wilayahnya akan segera memasuki masa panen cabai pada pekan ini. Dia berharap, dengan rencana panen yang akan dilakukan pada pekan ini bisa menambah pasokan di pasar sehingga harga cabai bisa kembali normal.
"Pasokan cabai saat ini memang berkurang karena faktor cuaca. Terus produksi di beberapa daerah penghasil juga sedang terjadi bencana. Semoga dengan panen sebentar lagi harga cabai segera turun," imbuhnya.
Terkait kondisi tersebut, petani cabai di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengungkapkan sejumlah alasan kenapa harga cabai bisa begitu 'pedas' di pasaran. Salah satu yang berpengaruh adalah faktor cuaca ekstrem sehingga membuat banyak tanaman cabai mati.
"Akibat cuaca ekstrem tanaman cabai lebih mudah terserang hama dan mati, jadi hasil panen menjadi berkurang," terang petani di Desa Wangunharja, Lembang, KBB, Masri, Selasa (9/3).
Kondisi itu membuat petani jarang yang menanam cabai, bahkan dirinya pun hanya menanam untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Selain itu tingginya harga cabai saat ini juga disebabkan jalur distribusi yang terlalu panjang dari petani ke pasar.
Masri menyebutkan, harga cabai rawit di kebun sudah dijual di atas Rp80.000/kilogram. Namun ketika sudah sampai di pasar, maka harga lebih tinggi lagi, sehingga tidak mengherankan harga ke konsumen bisa mencapai Rp120.000-140.000/kilogram.
"Meski harga mahal tapi tidak akan mendongkrak kesejahteraan petani, karena distribusi yang panjang serta stoknya juga tidak ada," kata dia.
Sementara menurut petani asal Desa Cikidang, Lembang, Ading, sejumlah petani di wilayahnya akan segera memasuki masa panen cabai pada pekan ini. Dia berharap, dengan rencana panen yang akan dilakukan pada pekan ini bisa menambah pasokan di pasar sehingga harga cabai bisa kembali normal.
"Pasokan cabai saat ini memang berkurang karena faktor cuaca. Terus produksi di beberapa daerah penghasil juga sedang terjadi bencana. Semoga dengan panen sebentar lagi harga cabai segera turun," imbuhnya.
(akr)
tulis komentar anda