Ketika Pendiri Bank Jago 'Berkokok' Soal Bank Digital
Selasa, 23 Maret 2021 - 21:32 WIB
JAKARTA - Pendiri Bank Jago Jerry Ng turut berkomentar mengenai ramainya isu bank digital akhir-akhir ini. Dia menilai tidak semua bank harus memaksakan diri bertransformasi menjadi bank digital. Salah satu kekhawatirannya, bila bank besar dengan model bisnis yang sudah mapan lalu bertransformasi menjadi bank digital tentu akan membuka potensi risiko.
( Baca juga:Peningkatan Skill Digital Jadi Kunci Daya Saing SDM )
"Juga ada banyak bank yang mengaku sudah mempersiapkan diri beberapa tahun menjadi bank digital. Tapi bank digital bukan hanya sekedar punya apps. Kita harus memiliki DNA digital, seluruh prosesnya dengan digital," kata Jerry dalam webinar di Jakarta (23/3/2021).
Lebih lanjut Jerry mengatakan, pasar Indonesia sangat luas untuk digarap dengan model bank digital ataupun bank non-digital. Namun yang terpenting adalah keunikan value yang ditawarkan oleh bank. "Kita tetap harus terus relevan dengan nasabah. Bahkan mitra strategis kita pun juga akan berevolusi," katanya.
Dia menuturkan, model bisnis Bank Jago menyatukan model bisnis digital di AS, Eropa, dan Asia seperti China dan Korea Selatan. Kemudian model bisnis itu ditambahkan dengan keunikan yang ingin ditonjolkan Bank Jago. "Kita jangan copycat dari model bisnis orang lain. Bank Jago juga berbeda dari Jenius (BTPN) secara teknologi yang digunakan," katanya.
Di Eropa dan AS, model bisnis yang ditonjolkan lebih banyak mengenai life centric. Tak heran, berbagai platform digital di negara maju itu dilengkapi dengan desain UI/UX yang sangat canggih.
( Baca juga:Diminati Pejabat hingga Pembalap, Beli Toyota GR Yaris Akan Diundi )
Sedangkan model bisnis di China dan Korea lebih mengacu pada penggabungan ekosistem sehingga mampu tumbuh lebih cepat. Keunggulan dari masing-masing model bisnis ini akhirnya diadopsi Bank Jago.
"Saya juga belajar banyak waktu luncurkan Jenius dari awal. Kita fokus di life centric solution, tapi tetap bekerja sama dan berkolaborasi membangun ekosistem," katanya.
( Baca juga:Peningkatan Skill Digital Jadi Kunci Daya Saing SDM )
"Juga ada banyak bank yang mengaku sudah mempersiapkan diri beberapa tahun menjadi bank digital. Tapi bank digital bukan hanya sekedar punya apps. Kita harus memiliki DNA digital, seluruh prosesnya dengan digital," kata Jerry dalam webinar di Jakarta (23/3/2021).
Lebih lanjut Jerry mengatakan, pasar Indonesia sangat luas untuk digarap dengan model bank digital ataupun bank non-digital. Namun yang terpenting adalah keunikan value yang ditawarkan oleh bank. "Kita tetap harus terus relevan dengan nasabah. Bahkan mitra strategis kita pun juga akan berevolusi," katanya.
Dia menuturkan, model bisnis Bank Jago menyatukan model bisnis digital di AS, Eropa, dan Asia seperti China dan Korea Selatan. Kemudian model bisnis itu ditambahkan dengan keunikan yang ingin ditonjolkan Bank Jago. "Kita jangan copycat dari model bisnis orang lain. Bank Jago juga berbeda dari Jenius (BTPN) secara teknologi yang digunakan," katanya.
Di Eropa dan AS, model bisnis yang ditonjolkan lebih banyak mengenai life centric. Tak heran, berbagai platform digital di negara maju itu dilengkapi dengan desain UI/UX yang sangat canggih.
( Baca juga:Diminati Pejabat hingga Pembalap, Beli Toyota GR Yaris Akan Diundi )
Sedangkan model bisnis di China dan Korea lebih mengacu pada penggabungan ekosistem sehingga mampu tumbuh lebih cepat. Keunggulan dari masing-masing model bisnis ini akhirnya diadopsi Bank Jago.
"Saya juga belajar banyak waktu luncurkan Jenius dari awal. Kita fokus di life centric solution, tapi tetap bekerja sama dan berkolaborasi membangun ekosistem," katanya.
(uka)
tulis komentar anda