Seperti ini Strategi Barito Mendongkrak Investasi Hijau di Indonesia
Kamis, 25 Maret 2021 - 21:57 WIB
Saat ini investasi hijau atau Investasi berbasis Environmental, Social and Good Governance (ESG) mulai diminati investor (pelaku usaha). Salah satunya adalah perusahaan besar seperti PT Barito Pacific Tbk . Perusahaan sumber daya alam terdiversifikasi dan terintegrasi ini menyatakan komitmennya untuk meningkatkan dukungan di internal perusahaan terkait pengembangan energi hijau.
Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk Agus Salim Pangestu mengatakan, minat investasi hijau sudah terlihat beberapa tahun lalu. Dari dua kali penerbitan surat utang hijau (green bonds) milik anak usaha Barito di bidang penyedia energi, yakni Star Energy pun selalu mendapat sambutan posititif dari investor hingga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) serta dilirik institusi besar.
Sekedar info, penerbitan green bond Star Energy Geothermal Salak dan Star Energy Geothermal Darajat II mendapat respons positif pasar. Permintaan green bond senilai US$ 1,11 miliar tersebut mengalami oversubscribed sebanyak 3,5 kali. Respons tersebut dapat menunjukkan investor mendukung sektor energi yang lebih ramah lingkungan.
“Investor dari segi EUM 5 tahun terakhir ini 5 kali lipat, growth nya cukup besar,” kata Agus Salim dalam sesi acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021 bertajuk “The Momentum to Encourage Green Energy Investment”, Kamis (25/2).
Seiring besarnya potensi investasi hijau, Barito Pacific pun secara internal berkomitmen mendukung bisnis ramah lingkungan, meskipun disadari ada dari beberapa industri yang beroperasi di bawah grup tidak bisa sepenuhnya menerapkan prinsip berkelanjutan. Contohnya perusahaan petrokimia milik anak usaha, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Menurut Agus, Barito Pacific memiliki pemikiran sangat sederhana. Apakah yang dilakukan perusahaan berdampak lebih bagus untuk lingkungan. Salah satu cara mengukurnya dengan melakukan penghitungan efisiensi karbon di dalam grup internal.
Chandra asri memiliki emisi 2,5 juta to per tahun untuk fase 1 dan fase 2. Di lain sisi, Star Energy bisa memproduksi hingga 5 juta kredit. Ke depan, perusahaan merencanakan Chandra Asri dapat membeli karbon kredit Star Energy, dengan tujuan agar Barito Pacific bisa mencapai carbon neutral.
Adapun keuntungan yang didapat dari anak usaha yang memperdagangan karbon harus digunakan untuk berkekpansi dan berinevestasi di sektor hijau yang lain. Perusahaan juga tengah mempertimbangkan untuk membeli kredit karbon dari luar, apabila milik Star Energy habis dalam satu hingga dua tahun mendatang.
Strategi lain yang ingin dicapai Barito Pacific dalam bisnisnya dan komitmennya mendukung masalah lingkungan ialah dengan mendorong hadirnya mobil listrik (electric vehicle). Dengan lahirnya era mobil listrik, dia berharap impor bahan bakar minyak (BBM) menurun dan bisa mendorong serapan produk plastik dalam negeri.
Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk Agus Salim Pangestu mengatakan, minat investasi hijau sudah terlihat beberapa tahun lalu. Dari dua kali penerbitan surat utang hijau (green bonds) milik anak usaha Barito di bidang penyedia energi, yakni Star Energy pun selalu mendapat sambutan posititif dari investor hingga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) serta dilirik institusi besar.
Sekedar info, penerbitan green bond Star Energy Geothermal Salak dan Star Energy Geothermal Darajat II mendapat respons positif pasar. Permintaan green bond senilai US$ 1,11 miliar tersebut mengalami oversubscribed sebanyak 3,5 kali. Respons tersebut dapat menunjukkan investor mendukung sektor energi yang lebih ramah lingkungan.
“Investor dari segi EUM 5 tahun terakhir ini 5 kali lipat, growth nya cukup besar,” kata Agus Salim dalam sesi acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021 bertajuk “The Momentum to Encourage Green Energy Investment”, Kamis (25/2).
Seiring besarnya potensi investasi hijau, Barito Pacific pun secara internal berkomitmen mendukung bisnis ramah lingkungan, meskipun disadari ada dari beberapa industri yang beroperasi di bawah grup tidak bisa sepenuhnya menerapkan prinsip berkelanjutan. Contohnya perusahaan petrokimia milik anak usaha, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Menurut Agus, Barito Pacific memiliki pemikiran sangat sederhana. Apakah yang dilakukan perusahaan berdampak lebih bagus untuk lingkungan. Salah satu cara mengukurnya dengan melakukan penghitungan efisiensi karbon di dalam grup internal.
Chandra asri memiliki emisi 2,5 juta to per tahun untuk fase 1 dan fase 2. Di lain sisi, Star Energy bisa memproduksi hingga 5 juta kredit. Ke depan, perusahaan merencanakan Chandra Asri dapat membeli karbon kredit Star Energy, dengan tujuan agar Barito Pacific bisa mencapai carbon neutral.
Adapun keuntungan yang didapat dari anak usaha yang memperdagangan karbon harus digunakan untuk berkekpansi dan berinevestasi di sektor hijau yang lain. Perusahaan juga tengah mempertimbangkan untuk membeli kredit karbon dari luar, apabila milik Star Energy habis dalam satu hingga dua tahun mendatang.
Strategi lain yang ingin dicapai Barito Pacific dalam bisnisnya dan komitmennya mendukung masalah lingkungan ialah dengan mendorong hadirnya mobil listrik (electric vehicle). Dengan lahirnya era mobil listrik, dia berharap impor bahan bakar minyak (BBM) menurun dan bisa mendorong serapan produk plastik dalam negeri.
tulis komentar anda