Stok Sapi Melimpah tapi Daging Masih Impor, Ini Masalahnya
Selasa, 30 Maret 2021 - 04:12 WIB
JAKARTA - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Syailendra mengungkapkan, bahwa Indonesia memiliki populasi sapi sebanyak 18 juta ekor sapi yang tersebar di seluruh tanah air. Ia mengatakan, bahwa dengan stok sapi ini sebenarnya Indonesia tidak perlu impor daging .
"18 juta lebih populasi kita seluruh Indonesia. Dari 18 juta berapa yang bisa dipotong? Kalau 18 juta mungkin 9 jutanya masih belum bisa. Kalau itu betina, mungkin separuhnya kita bisa potong, ya 4,5 juta ekor," katanya dalam webinar HIPMI.
Menurutnya, dengan total 4 juta sapi saja, itu setara dengan 700.000 ton. Sehingga ia menilai bahwa impor sebenarnya tidak diperlukan. "700.000 ton, saya mohon nih feedloter-nya diisi dengan sapi lokal sajalah, tidak usah sapi impor," ujarnya
Namun demikian, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Pujo Setio menjelaskan, bahwa peternakan sapi yang ada di Indonesia masih bersifat konvensional. Artinya, sapi akan dipotong atau dijual jika peternak membutuhkan uang.
"Kita tahu persis bahwa basis peternakan rakyat ini tradisional. Jadi dia lebih banyak menyimpan sapi-sapinya pada saatnya dia dijual untuk sesuai kebutuhan," jelasnya.
Menurut Pujo, untuk menyelesaikan masalah ini para peternak rakyat harus diarahkan bergabung dengan kemitraan. Dalam hal ini, peternak sapi diajak untuk komersialisasi. "Jadi ke arah komersialisasi, tapi tetap mempertahankan budayanya. Inilah yang kita sebut pola kemitraan," terangnya.
Jika itu bisa terwujud, maka populasi ekor sapi bisa tercatat. Sehingga sapi-sapi peternak dapat dihitung ke dalam stok daging sapi nasional. "Sehingga ada stok siap potong yang kita ketahui setiap tahunnya dari data-data populasi ternak tersebut. Ini solusi jangka panjang," tutupnya
"18 juta lebih populasi kita seluruh Indonesia. Dari 18 juta berapa yang bisa dipotong? Kalau 18 juta mungkin 9 jutanya masih belum bisa. Kalau itu betina, mungkin separuhnya kita bisa potong, ya 4,5 juta ekor," katanya dalam webinar HIPMI.
Menurutnya, dengan total 4 juta sapi saja, itu setara dengan 700.000 ton. Sehingga ia menilai bahwa impor sebenarnya tidak diperlukan. "700.000 ton, saya mohon nih feedloter-nya diisi dengan sapi lokal sajalah, tidak usah sapi impor," ujarnya
Namun demikian, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Pujo Setio menjelaskan, bahwa peternakan sapi yang ada di Indonesia masih bersifat konvensional. Artinya, sapi akan dipotong atau dijual jika peternak membutuhkan uang.
"Kita tahu persis bahwa basis peternakan rakyat ini tradisional. Jadi dia lebih banyak menyimpan sapi-sapinya pada saatnya dia dijual untuk sesuai kebutuhan," jelasnya.
Menurut Pujo, untuk menyelesaikan masalah ini para peternak rakyat harus diarahkan bergabung dengan kemitraan. Dalam hal ini, peternak sapi diajak untuk komersialisasi. "Jadi ke arah komersialisasi, tapi tetap mempertahankan budayanya. Inilah yang kita sebut pola kemitraan," terangnya.
Jika itu bisa terwujud, maka populasi ekor sapi bisa tercatat. Sehingga sapi-sapi peternak dapat dihitung ke dalam stok daging sapi nasional. "Sehingga ada stok siap potong yang kita ketahui setiap tahunnya dari data-data populasi ternak tersebut. Ini solusi jangka panjang," tutupnya
(akr)
tulis komentar anda