Sejumlah Negara di Dunia Terus Membuka Akses Wisata
Jum'at, 09 April 2021 - 05:31 WIB
Sementara itu, epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono berpendapat membuka wisata saat masih pandemi seperti ini adalah hal berbahaya.Pasalnya, pembukaan wisata saat masih pandemi berdampak pada penambahan angka kasus penularan Covid-19.
‘’Bahaya karena saat ini status wabahnya belum turun menjadi endemis. Buka wisata kalau kasusnya sudah tidak wabah lagi. Semua daerah harus menurunkan status wabah menjadi endemis. Dengan kontak tracing yang benar,’’ katanya.
Dia menandaskan. jika pemerintah ingin membuka kembali sektor pariwisata, sebaiknya menunggu turunnya status wabah menjadi endemis terlebih dahulu. Jika ini tidak dilakukan maka bisa berdampak buruk pada tingginya penularan. Dalam pandangannya, saat ini belum tepat jika membuka wisata terlebih untuk wisatawan mancanegara.
Lebih jauh dia menegaskan, bila nanti pariwisata dibuka, maka prosedur kesehatan harus diterapkan secara ketat. Misalnya dilakukan tes antigen, menunjukkan surat bebas Covid-19 hingga penerapan protokol kesehatan yang berlaku. Kendati demikian, itu pun masih tetap beresiko akan menambah angka kasus juga.
Apalagi untuk membuka pariwista untuk wisman, harus melakukan pertimbangan secara lebih mendalam. Dia mencontohkan Thailand dan Malaysia yang menerapkan prosedur ketat bagi wisman, dalam hal ini karantina masing-masing 14 dan 10 hari.
’’Kalau Indonesia nggak memberlakukan karantina, kalaupun iya (karantina) cuma empat hari. Seharusnya indonesia menolak semuanya. Kalau mau membuka wisata luar negeri ya harus karantina 10 hari,’’ tegasnya.
‘’Bahaya karena saat ini status wabahnya belum turun menjadi endemis. Buka wisata kalau kasusnya sudah tidak wabah lagi. Semua daerah harus menurunkan status wabah menjadi endemis. Dengan kontak tracing yang benar,’’ katanya.
Dia menandaskan. jika pemerintah ingin membuka kembali sektor pariwisata, sebaiknya menunggu turunnya status wabah menjadi endemis terlebih dahulu. Jika ini tidak dilakukan maka bisa berdampak buruk pada tingginya penularan. Dalam pandangannya, saat ini belum tepat jika membuka wisata terlebih untuk wisatawan mancanegara.
Lebih jauh dia menegaskan, bila nanti pariwisata dibuka, maka prosedur kesehatan harus diterapkan secara ketat. Misalnya dilakukan tes antigen, menunjukkan surat bebas Covid-19 hingga penerapan protokol kesehatan yang berlaku. Kendati demikian, itu pun masih tetap beresiko akan menambah angka kasus juga.
Apalagi untuk membuka pariwista untuk wisman, harus melakukan pertimbangan secara lebih mendalam. Dia mencontohkan Thailand dan Malaysia yang menerapkan prosedur ketat bagi wisman, dalam hal ini karantina masing-masing 14 dan 10 hari.
’’Kalau Indonesia nggak memberlakukan karantina, kalaupun iya (karantina) cuma empat hari. Seharusnya indonesia menolak semuanya. Kalau mau membuka wisata luar negeri ya harus karantina 10 hari,’’ tegasnya.
(ynt)
tulis komentar anda