Perum Bulog Andil Topang Sulsel Jadi Penyangga Pangan Nasional
Senin, 19 April 2021 - 12:26 WIB
Proses panen padi menggunakan mesin combine harvest di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulsel, beberapa waktu yang lalu. Foto: SINDOnews/Muchtamir Zaide
Tak hanya itu saja, tugas Bulog yang hadir untuk mengendalikan pasokan dan stabilitasi harga untuk menjaga ketahanan pangan terus dilaksanakan dengan maksimal.
Kepala Divisi Regional Bulog Sulselbar , Eko Pranoto mengatakan, Bulog sudah berkomitmen mewujudkan sinergitas Bulog dan Komando Strategi Penggilingan (Kostraling) Kementerian Pertanian dalam melakukan penyerapan gabah panen sesuai target.
“Untuk saat ini Bulog Sulselbar sedang melakukan penyerapan beras dan gabah, dimulai dari bulan Maret dan Alhamdulillah sudah mencapai 125% sampai dengan bulan April ini. Artinya target kita ini sudah mencapai sekitar 125.000 ton dan itu terbesar Bulog-bulog yang ada di Indonesia. Kita terbesar untuk penyerapan berasnya,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Dijelaskannya, sangat mudah bagi Bulog menopang ketahanan pangan Sulsel dengan menyerap beras petani, dengan luas panen padi Sulsel pada Maret mencapai 125 ribu hektare dan April 2021 mencapai 231 ribu hektare atau hampir dua kali lipat dari panen Maret.
"Untuk di Sulsel, alhamdulillah tidak ada harga jatuh, bahkan kemarin Menteri Pertanian juga mengatakan di Sulsel tidak ada harga jatuh karena di Sulsel panennya saya lihat hampir sepanjang tahun. Jadinya harga bisa dikendalikan seperti itu,” terangnya.
Dijelaskan Eko, harga pembelian pemerintah (HPP) saat ini masih mengacu pada Permendag /24 tahun 2020 untuk harga beras perkilo masih tetap Rp8.300 dan gabah kering giling (GKG) Rp5.300.
“Kita tetap melakukan sinergi dengan teman-teman dinas terkait seperti Pertanian, Badan Ketahanan Pangan dan juga dalam hal ini pemprov dalam rangka mendukung Bulog melakukan penyerapan baik beras maupun gabah. Sudah maksimal. Tetap sinergi kami dengan BPS juga. Kebetulan OPP juga yang menangani harga-harga se-Sulsel sehingga koordinasi dengan BPS juga kita bagus, Badan Ketahanan Pangan juga bagus. Ada dengan Dinas Pertanian untuk melihat perkembangan pangan dan produksinya seperti itu,” jelasnya.
Tak hanya itu saja, tugas Bulog yang hadir untuk mengendalikan pasokan dan stabilitasi harga untuk menjaga ketahanan pangan terus dilaksanakan dengan maksimal.
Kepala Divisi Regional Bulog Sulselbar , Eko Pranoto mengatakan, Bulog sudah berkomitmen mewujudkan sinergitas Bulog dan Komando Strategi Penggilingan (Kostraling) Kementerian Pertanian dalam melakukan penyerapan gabah panen sesuai target.
“Untuk saat ini Bulog Sulselbar sedang melakukan penyerapan beras dan gabah, dimulai dari bulan Maret dan Alhamdulillah sudah mencapai 125% sampai dengan bulan April ini. Artinya target kita ini sudah mencapai sekitar 125.000 ton dan itu terbesar Bulog-bulog yang ada di Indonesia. Kita terbesar untuk penyerapan berasnya,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Dijelaskannya, sangat mudah bagi Bulog menopang ketahanan pangan Sulsel dengan menyerap beras petani, dengan luas panen padi Sulsel pada Maret mencapai 125 ribu hektare dan April 2021 mencapai 231 ribu hektare atau hampir dua kali lipat dari panen Maret.
"Untuk di Sulsel, alhamdulillah tidak ada harga jatuh, bahkan kemarin Menteri Pertanian juga mengatakan di Sulsel tidak ada harga jatuh karena di Sulsel panennya saya lihat hampir sepanjang tahun. Jadinya harga bisa dikendalikan seperti itu,” terangnya.
Dijelaskan Eko, harga pembelian pemerintah (HPP) saat ini masih mengacu pada Permendag /24 tahun 2020 untuk harga beras perkilo masih tetap Rp8.300 dan gabah kering giling (GKG) Rp5.300.
“Kita tetap melakukan sinergi dengan teman-teman dinas terkait seperti Pertanian, Badan Ketahanan Pangan dan juga dalam hal ini pemprov dalam rangka mendukung Bulog melakukan penyerapan baik beras maupun gabah. Sudah maksimal. Tetap sinergi kami dengan BPS juga. Kebetulan OPP juga yang menangani harga-harga se-Sulsel sehingga koordinasi dengan BPS juga kita bagus, Badan Ketahanan Pangan juga bagus. Ada dengan Dinas Pertanian untuk melihat perkembangan pangan dan produksinya seperti itu,” jelasnya.
Baca Juga
tulis komentar anda