Ekspor Furnitur RI Naik 5% Imbas Perang Dagang, Tapi Kalah Jauh dari Vietnam
Jum'at, 30 April 2021 - 22:15 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak luar biasa bagi semua sektor, salah satunya industri furnitur. Namun siapa sangka, meski pandemi ekspor furnitur mampu mencatatkan peningkatan.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengungkapkan, di tengah pandemi pasar ekspor industri furniture mengalami peningkatan yakni sebesar 5 – 6%.
“Ini sebenarnya menarik ya, di saat pandemi kami justru mengalami pertumbuhan. Ya kurang lebih sekitar 5-6% terutama ke zona pasar Amerika Serikat (AS),” ungkapnya dalam acara Market Review IDX Channel, Jumat (30/4/2021).
Dia mengatakan, hal tersebut terjadi karena dampak dari perang dagang yang masih berjalan. Terlihat bahwa China mengalami kesulitan untuk penetrasi lebih besar. Sehingga, menyebabkan adanya ruang kosong yang harus diambil.
“Katakanlah pada 2018 kita melihat China itu hampir USD38 miliar masuk ke AS. Kemudian tahun 2020 hanya kurang lebih USD9 miliar. Berarti ada USD24 miliar yang ada, nah itu diperebutkan oleh negara-negara selain China,” kata Abdul.
Oleh karena itu, Abdul menuturkan, Vietnam juga mengalami pertumbuhan ekspor yang signifikan, yakni sebesar USD11 miliar. Jumlah tersebut diketahui empat kali lebih besar dibanding Indonesia.
“Vietnam negara sekecil itu bisa USD11 miliar, itu empat kali kita gitu kan. Kemudian Malaysia nyusul USD2,5 miliar, lalu ada Mexico dan Kanada. Semuanya merujuk masuk ke AS,” ujar dia.
Sementara itu, menurut dia, Indonesia sebenarnya memiliki peluang. Oleh sebab itu, pada 2020 lalu terjadi pertumbuhan yang lebih besar yakni kurang lebih USD250 juta dari Indonesia masuk ke AS dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengungkapkan, di tengah pandemi pasar ekspor industri furniture mengalami peningkatan yakni sebesar 5 – 6%.
“Ini sebenarnya menarik ya, di saat pandemi kami justru mengalami pertumbuhan. Ya kurang lebih sekitar 5-6% terutama ke zona pasar Amerika Serikat (AS),” ungkapnya dalam acara Market Review IDX Channel, Jumat (30/4/2021).
Dia mengatakan, hal tersebut terjadi karena dampak dari perang dagang yang masih berjalan. Terlihat bahwa China mengalami kesulitan untuk penetrasi lebih besar. Sehingga, menyebabkan adanya ruang kosong yang harus diambil.
“Katakanlah pada 2018 kita melihat China itu hampir USD38 miliar masuk ke AS. Kemudian tahun 2020 hanya kurang lebih USD9 miliar. Berarti ada USD24 miliar yang ada, nah itu diperebutkan oleh negara-negara selain China,” kata Abdul.
Oleh karena itu, Abdul menuturkan, Vietnam juga mengalami pertumbuhan ekspor yang signifikan, yakni sebesar USD11 miliar. Jumlah tersebut diketahui empat kali lebih besar dibanding Indonesia.
“Vietnam negara sekecil itu bisa USD11 miliar, itu empat kali kita gitu kan. Kemudian Malaysia nyusul USD2,5 miliar, lalu ada Mexico dan Kanada. Semuanya merujuk masuk ke AS,” ujar dia.
Sementara itu, menurut dia, Indonesia sebenarnya memiliki peluang. Oleh sebab itu, pada 2020 lalu terjadi pertumbuhan yang lebih besar yakni kurang lebih USD250 juta dari Indonesia masuk ke AS dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda