Luhut Bangga Rating Surat Utang Indonesia Stabil di Tengah Krisis
Kamis, 27 Mei 2021 - 17:14 WIB
JAKARTA - Di tengah krisis yang menyebabkan downgrade di banyak negara, rating sovereign bond ( surat utang global ) Indonesia terbilang stabil. Makanya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa performa itu patut dibanggakan.
"Artinya apa? Negara-negara luar itu masih melihat Indonesia sebagai negara kredibel untuk investasi. Kalau kita lihat tadi Fitch, ada S&P, dan Moody's masih memberikan (rating) stabil. Padahal mereka sudah mendowngrade banyak negara, seperti Italia, Meksiko, dan Afrika Selatan," ucap Luhut dalam Indonesia Investment Forum 2021 secara virtual di Jakarta, Kamis(27/5/2021).
Baca juga:Dualisme Dekopin Kembali Memanas, Nurdin Halid Gugat Balik Sri Untari
Dia pun menyebutkan bahwa alokasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 meningkat dari 2020 karena masih perlu stimulus. Peningkatan alokasi itu karena masih berlangsungnya pandemi Covid-19.
"Tadinya kita pikir, atau seluruh dunia bahkan, bukan hanya kita, bahwa Covid-19 ini 2021 sudah menurun, ternyata belum yang kita harapkan," ujarnya.
PEN kategori kesehatan mendapatkan alokasi sebesar 83%, sehingga menurut Luhut angka ini masih cukup tinggi. Menurut Luhut, dengan adanya UU Cipta Kerja program PEN bisa diakselerasi.
"Selanjutnya, perlunya mengatur perizinan usaha, juga melihat tantangannya terlalu complicated waktu itu, tapi dengan UU Cipta Kerja jadi dipercepat," ungkap Luhut.
Baca juga:Bahas Palestina-Israel di Podcast Deddy, Haris Azhar: Israel Salah, Hamas Juga Salah
Dia mengatakan bahwa implementasi UU Cipta Kerja akan menyederhanakan regulasi yang tumpang tindih. Terdapat 8.451 peraturan pusat dan 15.965 peraturan daerah.
"Ini semua diharmonisasikan sehingga membuat orang yang mau investasi di Indonesia jadi lebih bagus. Fokus investasi pemerintah itu di sektor kesehatan, hilirisasi, SDA, dan seterusnya. Jadi kita ingin lihat ada hilirisasi di jalan karena itu berikan nilai tambah, lapangan pekerjaan, dan seterusnya," pungkas Luhut.
"Artinya apa? Negara-negara luar itu masih melihat Indonesia sebagai negara kredibel untuk investasi. Kalau kita lihat tadi Fitch, ada S&P, dan Moody's masih memberikan (rating) stabil. Padahal mereka sudah mendowngrade banyak negara, seperti Italia, Meksiko, dan Afrika Selatan," ucap Luhut dalam Indonesia Investment Forum 2021 secara virtual di Jakarta, Kamis(27/5/2021).
Baca juga:Dualisme Dekopin Kembali Memanas, Nurdin Halid Gugat Balik Sri Untari
Dia pun menyebutkan bahwa alokasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 meningkat dari 2020 karena masih perlu stimulus. Peningkatan alokasi itu karena masih berlangsungnya pandemi Covid-19.
"Tadinya kita pikir, atau seluruh dunia bahkan, bukan hanya kita, bahwa Covid-19 ini 2021 sudah menurun, ternyata belum yang kita harapkan," ujarnya.
PEN kategori kesehatan mendapatkan alokasi sebesar 83%, sehingga menurut Luhut angka ini masih cukup tinggi. Menurut Luhut, dengan adanya UU Cipta Kerja program PEN bisa diakselerasi.
"Selanjutnya, perlunya mengatur perizinan usaha, juga melihat tantangannya terlalu complicated waktu itu, tapi dengan UU Cipta Kerja jadi dipercepat," ungkap Luhut.
Baca juga:Bahas Palestina-Israel di Podcast Deddy, Haris Azhar: Israel Salah, Hamas Juga Salah
Dia mengatakan bahwa implementasi UU Cipta Kerja akan menyederhanakan regulasi yang tumpang tindih. Terdapat 8.451 peraturan pusat dan 15.965 peraturan daerah.
"Ini semua diharmonisasikan sehingga membuat orang yang mau investasi di Indonesia jadi lebih bagus. Fokus investasi pemerintah itu di sektor kesehatan, hilirisasi, SDA, dan seterusnya. Jadi kita ingin lihat ada hilirisasi di jalan karena itu berikan nilai tambah, lapangan pekerjaan, dan seterusnya," pungkas Luhut.
(uka)
tulis komentar anda