Harga Minyak Mentah RI dalam RAPBN 2022 Diusulkan Naik Jadi USD55-65 per Barel

Rabu, 02 Juni 2021 - 16:44 WIB
Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dalam Rancangan APBN 2022 diusulkan oleh Kementerian ESDM menjadi USD55-65 per barel. Angka ini lebih tinggi dari APBN 2021. Foto/Dok
JAKARTA - Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dalam Rancangan APBN 2022 diusulkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjadi USD55-65 per barel. Angka ini lebih tinggi dari asumsi ICP dalam APBN 2021 yang sebesar USD45 per barel.



Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan, realisasi ICP dari bulan Januari hingga Mei 2021 mencapai USD60,95 per barel dengan outlook rata-rata tahun 2021 sebesar USD60 per barel.



"Dinamika harga minyak dunia memang sulit diduga. Namun berdasarkan beberapa proyeksi dari berbagai pihak polling, seperti Reuters dan Departemen Energi Amerika Serikat, kebijakan negara-negara pengekspor minyak (OPEC+), kondisi fundamental AS, harga minyak dunia tahun 2022 diperkirakan pada kisaran USD56,74 sampai dengan USD64,52 per barel," ujar Arifin Tasrif dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Rabu (2/6/2021).

Dia menuturkan, pemerintah telah mempertimbangkan sejumlah faktor termasuk realisasi ICP saat ini hingga akhir tahun 2021 nanti. Selain itu juga melihat perkembangan China yang saat ini meningkatkan impor minyak kembali sehingga berpengaruh pada permintaan global.

"Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka pemerintah mengusulkan asumsi ICP dalam RAPBN tahun anggaran 2022 sebesar USD55-65 per barel," jelasnya.



Adapun untuk lifting minyak dan gas bumi dalam RAPBN 2020 diusulkan sebesar 1,717-1,829 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Dengan rincian lifting minyak sekitar 686.000 - 726.000 barel per hari (bph) dan lifting gas bumi 1,031-1,103 juta BOEPD.

Anggota Komisi VII DPR RI, Kardaya Warnika menilai usulan harga ICP tahun anggaran 2022 sebesar USD55 - USD65 per barel sangat realistis. Hal ini telah mempertimbangkan beberapa analisa dari lembaga internasional yang melihat bahwa kondisi Covid-19 masih belum begitu jelas hingga tahun depan sehingga kemungkinan besar tahun 2022 akan sama harganya dengan 2021.

"Range yang disampaikan Kementerian ESDM antara USD55-65 per barel itu sangat realistis. Cuma terlalu lebar. Menurut saya angka USD60 per barel itu angka yang realistis," jelasnya.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More