Begini Strategi PLN Amankan Pasokan Listrik Blok Rokan
Rabu, 23 Juni 2021 - 15:39 WIB
JAKARTA - PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya untuk menjaga keandalan pasokan listrik dan uap guna mendukung pengoperasian Blok Rokan, baik saat masa peralihan maupun secara jangka panjang. Pengelolaan Blok Rokan mulai 9 Agustus 2021 akan beralih dari Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PT Pertamina Hulu Rokan.
Untuk diketahui, Blok Rokan merupakan penyumbang 25% dari total produksi minyak nasional. Karena itu, pasokan listrik ke Blok Rokan wajib diamankan karena dampaknya akan sangat fatal jika produksi dari blok tersebut sampai terhenti.
Selama dikelola oleh CPI, pasokan listrik untuk blok Rokan ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) milik PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) berkapasitas 300 Megawatt (MW) yang mayoritas sahamnya dimiliki Chevron Standar Ltd (CSL).
"Saat ini kami sedang bernegosiasi dengan MCTN. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama kita bisa tercapai kesepakatan, saham MCTN 100% milik PLN," kata Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril dalam keterangannya, Rabu (23/6/2021).
Guna menjamin pasokan listrik dan uap dalam operasional WK Rokan, PLN dan PHR telah menyepakati dan menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dan Uap (PJBTLU) pada 1 Februari 2021 lalu. Dalam melayani kebutuhan listrik dan uap Blok Rokan, lanjut Bob, PLN merencanakan 2 tahap yaitu masa transisi dan masa permanen.
Tahap pertama, masa transisi dengan memanfaatkan pembangkit listrik eksisting yang akan berlangsung selama 3 tahun, mulai 9 Agustus 2021. Tahap kedua, masa layanan permanen akan mengandalkan pembangkit dan jaringan PLN yang dimulai pada 2024.
“Kami akan ambil dari Sistem Sumatera yang sudah cukup besar kesediaan dayanya dan sistemnya, baik di suplai dari sistem dari Selatan maupun Utara melalui sistem 275 KV dan akan menjadi 500 KV dalam satu tahun ini sudah bisa masuk,” jelas Bob.
Rencananya listrik Blok Rokan sekitar 400 MW dipasok dari sistem kelistrikan Sumatera dan uap 335 MBSPD dengan menggunakan New Steam Generator. PLN membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk membangun interkoneksi listrik sistem Sumatera ke Blok Rokan.
Untuk diketahui, Blok Rokan merupakan penyumbang 25% dari total produksi minyak nasional. Karena itu, pasokan listrik ke Blok Rokan wajib diamankan karena dampaknya akan sangat fatal jika produksi dari blok tersebut sampai terhenti.
Selama dikelola oleh CPI, pasokan listrik untuk blok Rokan ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) milik PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) berkapasitas 300 Megawatt (MW) yang mayoritas sahamnya dimiliki Chevron Standar Ltd (CSL).
"Saat ini kami sedang bernegosiasi dengan MCTN. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama kita bisa tercapai kesepakatan, saham MCTN 100% milik PLN," kata Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril dalam keterangannya, Rabu (23/6/2021).
Guna menjamin pasokan listrik dan uap dalam operasional WK Rokan, PLN dan PHR telah menyepakati dan menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dan Uap (PJBTLU) pada 1 Februari 2021 lalu. Dalam melayani kebutuhan listrik dan uap Blok Rokan, lanjut Bob, PLN merencanakan 2 tahap yaitu masa transisi dan masa permanen.
Tahap pertama, masa transisi dengan memanfaatkan pembangkit listrik eksisting yang akan berlangsung selama 3 tahun, mulai 9 Agustus 2021. Tahap kedua, masa layanan permanen akan mengandalkan pembangkit dan jaringan PLN yang dimulai pada 2024.
“Kami akan ambil dari Sistem Sumatera yang sudah cukup besar kesediaan dayanya dan sistemnya, baik di suplai dari sistem dari Selatan maupun Utara melalui sistem 275 KV dan akan menjadi 500 KV dalam satu tahun ini sudah bisa masuk,” jelas Bob.
Rencananya listrik Blok Rokan sekitar 400 MW dipasok dari sistem kelistrikan Sumatera dan uap 335 MBSPD dengan menggunakan New Steam Generator. PLN membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk membangun interkoneksi listrik sistem Sumatera ke Blok Rokan.
tulis komentar anda