Pandemi Bikin Aset Keuangan Syariah Malas Beranjak
Kamis, 15 Juli 2021 - 12:31 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa pandemi Covid-19 yang terjadi telah memengaruhi perkembangan pasar modal. Terutama, pasar modal syariah .
"Global Islamic Economic Report 2020 mengungkapkan, terjadi stagnasi pada perkembangan aset keuangan syariah di tahun 2020," kata Sri Mulyani dalam video virtual, Kamis (15/7/2021).
Baca juga:Kapal Mata-mata Canggih China Intai Latihan Perang Gabungan Australia-AS
Dia merinci, aset sukuk korporasi dan reksa dana syariah pun masih rendah. Pada tanggal 25 Juni, posisi outstanding sukuk korporasi hanya mencapai Rp32,54 triliun dengan market share sebesar 7,44%.
Begitu pula dengan reksa dana syariah yang nilai nominalnya Rp39,75 triliun dengan market share sekitar 7,28%. Stagnasi itu dipengaruhi kontraksi ekonomi yang terjadi.
"Tahun lalu semua negara mengalami kontraksi yang sangat dalam, Indonesia mengalami hal sama meskipun dengan seluruh kebijakan policy respons yang didesain untuk menimimalkan dampak yang luar biasa dari pandemi," katanya.
Baca juga:Kasus Covid-19 Melonjak, Sejumlah Artis Ini Tergerak Lakukan Donasi
APBN sebagai instrumen fiskal melakukan fungsi countercyclical dan stabilisasi bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) sebagai pengelola moneter dan OJK sebagai regulator sektor keuangan. Tujuannya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dan meminimalkan dampak dari pandemi terhadap dunia usaha dan masyarakat.
"Pemuliham ekonomi suatu upaya bersama dari kondisi pandemi yang memang masih terus berlangsung," katanya.
"Global Islamic Economic Report 2020 mengungkapkan, terjadi stagnasi pada perkembangan aset keuangan syariah di tahun 2020," kata Sri Mulyani dalam video virtual, Kamis (15/7/2021).
Baca juga:Kapal Mata-mata Canggih China Intai Latihan Perang Gabungan Australia-AS
Dia merinci, aset sukuk korporasi dan reksa dana syariah pun masih rendah. Pada tanggal 25 Juni, posisi outstanding sukuk korporasi hanya mencapai Rp32,54 triliun dengan market share sebesar 7,44%.
Begitu pula dengan reksa dana syariah yang nilai nominalnya Rp39,75 triliun dengan market share sekitar 7,28%. Stagnasi itu dipengaruhi kontraksi ekonomi yang terjadi.
"Tahun lalu semua negara mengalami kontraksi yang sangat dalam, Indonesia mengalami hal sama meskipun dengan seluruh kebijakan policy respons yang didesain untuk menimimalkan dampak yang luar biasa dari pandemi," katanya.
Baca juga:Kasus Covid-19 Melonjak, Sejumlah Artis Ini Tergerak Lakukan Donasi
APBN sebagai instrumen fiskal melakukan fungsi countercyclical dan stabilisasi bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) sebagai pengelola moneter dan OJK sebagai regulator sektor keuangan. Tujuannya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dan meminimalkan dampak dari pandemi terhadap dunia usaha dan masyarakat.
"Pemuliham ekonomi suatu upaya bersama dari kondisi pandemi yang memang masih terus berlangsung," katanya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda