Indonesia Masih Lahap Barang Impor dari China

Kamis, 15 Juli 2021 - 16:31 WIB
Foto/ilustrasi
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor pada bulan Juni 2021 mencapai USD17,23 miliar. Nilai tersebut meningkat sebesar 21,03% secara bulanan (month to month/mtm) dan 60,12% secara tahunan (year on year/yoy).

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan pangsa impor Indonesia belum berubah. China masih menduduki posisi pertama dengan share impor 31,73% dari total impor Indonesia pada bulan Juni 2021.

Baca juga:Dokter Spesialis UGM Ini Jelaskan Teknik Proning untuk Pasien Sesak Nafas

"Diikuti Jepang dengan share 5,58% dan nilainya USD1,28 miliar, Thailand dengan share 5,78% atau USD0,86 miliar. Sedangkan share impor dari negara ASEAN adalah 18,16%, dan Uni Eropa 6,17%," ujar Margo Yuwono dalam video virtual, Kamis (15/7/2021).



Sementara, nilai impor nonmigas Indonesia Juni 2021 yang mencapai USD14.931,2 juta, didominasi oleh golongan mesin dan peralatan mekanis sebesar USD2.296,7 juta (15,38%) serta mesin dan perlengkapan elektrik USD1.787,2 juta (11,97%).

Baca juga:Kejagung Lelang 3 Kondotel di Bali Terkait Korupsi Eks Kadishub DKI Udar Pristono

Dilihat dari perkembangannya terhadap Mei 2021, peningkatan terbesar dialami oleh mesin dan perlengkapan mekanis senilai USD506,7juta (28,31% ), diikuti oleh besi dan baja USD257,3 juta (29,27% ), plastik dan barang dari plastik USD195,7 juta (26,96%), serealia USD192,8 juta (79,99%), dan logam mulia, perhiasan/permata USD161,2 juta (153,03%).

Bijih, terak, dan abu logam merupakan golongan barang yang mengalami penurunan terbesar, yaitu USD126,8 juta (53,48%), diikuti oleh bahan bakar mineral USD52,7 juta (20,65%), buah-buahan USD45,8 juta (32,71%), sayuran USD28,7 juta (29,95%), dan ampas/sisa industri makanan USD12,2 juta (3,59% ).
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More