Stafsus Menaker Sebut Banyak Pekerja Terpapar Covid-19 di Luar Lingkungan Kerja
Rabu, 18 Agustus 2021 - 14:57 WIB
JAKARTA - Berdasarkan data ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2021, dari 205,36 juta orang penduduk usia kerja, sebesar 9,30% di antaranya terdampak Covid-19 . Sebanyak 1,62 juta orang pengangguran karena Covid-19, 0,65 juta orang bukan angkatan kerja karena Covid-19, 1,11 juta orang tidak bekerja karena Covid-19, dan 15,72 juta orang bekerja dengan pengurangan jam kerja.
Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan Dita Indah Sari mengatakan bahwa banyak yang mengkritik pemerintah karena menerapkan PPKM selektif dibanding opsi lockdown untuk menekan penyebaran Covid-19. Menurutnya, pilihan tak melakukan lockdown karena sejumlah pertimbangan, salah satunya dampak ke pekerja.
"Tidak lockdown saja, itu ada 15,7 juta pekerja yang sudah mengalami penurunan penghasilan, itu dari Agustus 2020 sampai Februari 2021," ujar Dita dalam IDX Channel Market Review di Jakarta, Rabu (18/8/2021).
Dia mengatakan, jika ditutup total, jumlahnya diprediksi bisa meningkat dua kali lipat. Di Agustus 2020, setengah juta lebih pekerja garmen ter-PHK. Maka dari itu, pemerintah mengambil opsi yang tidak drastis namun selektif.
"Pemerintah memilah sektor-sektor mana yang paling signifikan dalam tenaga kerja dan pelayanan umum. Itu yang tetap dibuka dengan penerapan protokol kesehatan (prokes)," tambah Dita.
Namun, dia menyebutkan bahwa ada fakta menarik dari hasil laporan dinas-dinas tenaga kerja, karena mayoritas pekerja tertular Covid-19 bukan di tempat kerja, melainkan ketika mereka kembali ke rumah atau kos-kosan, kemudian bergaul dengan masyarakat sekitar. Hal ini menyebabkan mereka tertular, dan kemudian mereka bekerja di kantor, menulari pekerja-pekerja lainnya.
"Jadi, prokes di perusahaan itu lebih mudah dijaga, dipantau, dan diawasi, ketimbang prokes teman-teman kita di tempat tinggal mereka. Seketat apa pun kita jaga prokes di perusahaan, tetapi kesadaran prokes di tempat tinggal sehari-hari tidak ketat, maka inilah yang menyebabkan penularan. Maka dari itu, ada sektor yang ditutup total, dibuka, setengah dibuka dan setengah ditutup," ungkap Dita.
Dia mengatakan, hal menarik lainnya adalah angka kepatuhan masyarakat menggunakan masker sudah mencapai 80% lebih. Jadi, sekitar 18% masih "bandel" tidak menggunakan masker. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah sadar bahwa menggunakan masker mengurangi potensi tertular Covid-19.
"Mudah-mudahan ini bukan hanya di perusahaan, tetapi juga di tempat tinggal," pungkas Dita.
Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan Dita Indah Sari mengatakan bahwa banyak yang mengkritik pemerintah karena menerapkan PPKM selektif dibanding opsi lockdown untuk menekan penyebaran Covid-19. Menurutnya, pilihan tak melakukan lockdown karena sejumlah pertimbangan, salah satunya dampak ke pekerja.
"Tidak lockdown saja, itu ada 15,7 juta pekerja yang sudah mengalami penurunan penghasilan, itu dari Agustus 2020 sampai Februari 2021," ujar Dita dalam IDX Channel Market Review di Jakarta, Rabu (18/8/2021).
Dia mengatakan, jika ditutup total, jumlahnya diprediksi bisa meningkat dua kali lipat. Di Agustus 2020, setengah juta lebih pekerja garmen ter-PHK. Maka dari itu, pemerintah mengambil opsi yang tidak drastis namun selektif.
"Pemerintah memilah sektor-sektor mana yang paling signifikan dalam tenaga kerja dan pelayanan umum. Itu yang tetap dibuka dengan penerapan protokol kesehatan (prokes)," tambah Dita.
Namun, dia menyebutkan bahwa ada fakta menarik dari hasil laporan dinas-dinas tenaga kerja, karena mayoritas pekerja tertular Covid-19 bukan di tempat kerja, melainkan ketika mereka kembali ke rumah atau kos-kosan, kemudian bergaul dengan masyarakat sekitar. Hal ini menyebabkan mereka tertular, dan kemudian mereka bekerja di kantor, menulari pekerja-pekerja lainnya.
"Jadi, prokes di perusahaan itu lebih mudah dijaga, dipantau, dan diawasi, ketimbang prokes teman-teman kita di tempat tinggal mereka. Seketat apa pun kita jaga prokes di perusahaan, tetapi kesadaran prokes di tempat tinggal sehari-hari tidak ketat, maka inilah yang menyebabkan penularan. Maka dari itu, ada sektor yang ditutup total, dibuka, setengah dibuka dan setengah ditutup," ungkap Dita.
Dia mengatakan, hal menarik lainnya adalah angka kepatuhan masyarakat menggunakan masker sudah mencapai 80% lebih. Jadi, sekitar 18% masih "bandel" tidak menggunakan masker. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah sadar bahwa menggunakan masker mengurangi potensi tertular Covid-19.
"Mudah-mudahan ini bukan hanya di perusahaan, tetapi juga di tempat tinggal," pungkas Dita.
(uka)
tulis komentar anda