Sektor Perhotelan dan Restoran Berusaha Bangkit di Tengah Covid

Sabtu, 30 Mei 2020 - 09:29 WIB
"Ini menjadi salah satu cara sektor perhotelan untuk bisa terus bertahan di tengah masa pandemi yang cukup panjang. Selain itu, kami juga tetap bisa memperdayakan para staf hotel sehingga tidak banyak lagi yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK)," ucapnya.‎

Para pengusaha di bidang food and baverage (F&B) pun mencoba bangkit dengan memanfaatkan sistem pemasaran secara online. Hal ini sebagai pilihan alternatif untuk mendapatkan omzet dan ‎mempertahankan para pekerja.

Salah satu yang tetap bertahan memasarkan beberapa produknya melalui aplikasi digital adalah QQ Kopitiam. Henry QQ selaku pemilik dari QQ Kopitiam menegaskan hingga saat ini dirinya tidak melakukan PHK kepada sejumlah karyawannya. Seluruh restorannya pun tetap buka melayani kebutuhan masyarakat.

"Sebagai perusahaan dan kita sebagai pengusaha berusaha tetap bersama agar karyawan kita tetap bekerja. Saat ini kita mengandalkan penjualan lewat sistem online. Bagaimanapun, kita tetap usahakan membantu restoran tetap buka dan usaha tetap jalan," tutur Henry.

Henry pun menjamin semua makanan dari restorannya tetap memperhatikan kebersihan dan aman untuk dikonsumsi. "Salah satu kiat untuk bisa bangkit dari keterpurukan adalah menjamin kebersihan makanan yang kita buat. Bukan hanya membuat promo menarik, memberikan jaminan kesehatan kepada pelanggan juga bisa menjadi daya tarik industri F&B bisa bertahan," tandasnya.

Di tengah pandemi virus corona ini, perusahaan bahkan menjalankan beberapa aturan menjaga kualitas makanan. "Kita paling utama memperhatikan kebersihan. Semua karyawan diwajibkan menggunakan masker dan semua diukur suhu tubuhnya sebelum bekerja untuk memastikan mereka dalam kondisi sehat," sebut Henry.

Melihat hal tersebut, pengamat ekonomi Wahyu Ario berpendapat ‎beberapa sektor bisnis seperti makanan dan minuman, household product menjadi industri yang masih bisa bangkit dan bertahan kendati pertumbuhannya sangat kecil. (Baca juga: Kisah Winarni, Jatuh Bangun Menjual Rengginang Demi Menyambung Hidup)

Pasalnya, sampai saat ini masyarakat masih memfokuskan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan kebutuhan rumah tangga akibat dari diberlakukannya PSBB.

"Kalau tidak salah, pada kuartal I kemarin pertumbuhannya di bawah 3%. Jadi, saya kira masih terselamatkan karena masih positif," ungkapnya.

Wahyu pun mengamati pada masa pandemi seperti sekarang ini orang-orang lebih memilih melakukan transaksi pembayaran secara digital. Selain lebih praktis, pembayaran digital juga menghindarkan mereka dari risiko penularan virus lewat uang tunai.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More