Budi Waseso Disentil DPR Soal Impor Beras Khusus: Ngaku Tak Tahu Ada Izin
Senin, 30 Agustus 2021 - 15:21 WIB
JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso atau Buwas menegaskan, pihaknya tidak melakukan impor beras khusus selama beberapa tahun belakangan. Justru impor beras tersebut dilakukan beberapa instansi atau perusahaan yang mendapat penugasan pemerintah.
Meski begitu, Buwas tidak merinci instansi dan perusahaan yang dimaksud. Menurutnya, hingga saat ini pihaknya tidak mengetahui adanya pemberian izin impor beras khusus, padahal, sebelumnya pelaksanaan izin impor dilakukan Bulog .
Pernyataan tersebut sekaligus merespons pertanyaan anggota Komisi IV DPR RI yang menyinggung laporan Badan Pusat Statistik (BPS) adanya impor beras khusus sebanyak 41,6.000 ton dengan nilai 18,5 juta dolar Amerika Serikat (AS) per Juli 2021.
"Memang dari kami hingga saat ini tidak ada penugasan impor dan kami pun tidak melaksanakan impor untuk beras. Adapun data dari BPS, ini setelah kami telusuri adalah izin beras khusus Pak. Karena itu diberikan langsung kepada beberapa instansi, beberapa perusahaan yang melakukan impor itu Pak," ujar Buwas saat RDP, Senin (30/8/2021).
Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 01 Tahun 2018, Bulog sebagai operator dapat melaksanakan pengadaan beras. Dimana pengadaan terdiri dari impor beras untuk keperluan umum atau impor keperluan lainnya.
Setelah mendapat persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), Bulog dapat melaksanakan pengadaan CBP melalui skema penyerapan beras dari dalam maupun luar negeri.
Namun demikian, dengan mempertimbangan kondisi panen raya dalam negeri dan mencegah anjloknya harga gabah beras di tingkat petani, Bulog tetap mengoptimalkan pengadaan gabah atau beras di Indonesia.
Baru-baru ini, BPS merilis adanya impor beras sebanyak 356.286 ton. Impor tersebut dilakukan sejak Januari-Desember 2020. Dari data tersebut, impor paling banyak berasal dari Pakistan yakni sebesar 110.516 ton atau senilai USD41,51 juta.
Kedua, impor beras asal Vietnam dengan total sebanyak 88.716 ton atau setara 51,1 juta dolar AS. Angka ini tergolong lebih mahal dibandingkan Pakistan.
Ketiga, Thailand dengan jumlah impor mencapai 88.593 ton. Angka itu setara dengan USD76,3 juta atau lebih mahal dari beras impor asal Vietnam. Sedangkan impor beras lainnya berasal dari sejumlah negara seperti Myanmar dan India. Secara kumulatif, nilai impor beras sepanjang 2020 mencapai USD195,4 juta.
Meski begitu, Buwas tidak merinci instansi dan perusahaan yang dimaksud. Menurutnya, hingga saat ini pihaknya tidak mengetahui adanya pemberian izin impor beras khusus, padahal, sebelumnya pelaksanaan izin impor dilakukan Bulog .
Pernyataan tersebut sekaligus merespons pertanyaan anggota Komisi IV DPR RI yang menyinggung laporan Badan Pusat Statistik (BPS) adanya impor beras khusus sebanyak 41,6.000 ton dengan nilai 18,5 juta dolar Amerika Serikat (AS) per Juli 2021.
"Memang dari kami hingga saat ini tidak ada penugasan impor dan kami pun tidak melaksanakan impor untuk beras. Adapun data dari BPS, ini setelah kami telusuri adalah izin beras khusus Pak. Karena itu diberikan langsung kepada beberapa instansi, beberapa perusahaan yang melakukan impor itu Pak," ujar Buwas saat RDP, Senin (30/8/2021).
Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 01 Tahun 2018, Bulog sebagai operator dapat melaksanakan pengadaan beras. Dimana pengadaan terdiri dari impor beras untuk keperluan umum atau impor keperluan lainnya.
Setelah mendapat persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), Bulog dapat melaksanakan pengadaan CBP melalui skema penyerapan beras dari dalam maupun luar negeri.
Namun demikian, dengan mempertimbangan kondisi panen raya dalam negeri dan mencegah anjloknya harga gabah beras di tingkat petani, Bulog tetap mengoptimalkan pengadaan gabah atau beras di Indonesia.
Baru-baru ini, BPS merilis adanya impor beras sebanyak 356.286 ton. Impor tersebut dilakukan sejak Januari-Desember 2020. Dari data tersebut, impor paling banyak berasal dari Pakistan yakni sebesar 110.516 ton atau senilai USD41,51 juta.
Kedua, impor beras asal Vietnam dengan total sebanyak 88.716 ton atau setara 51,1 juta dolar AS. Angka ini tergolong lebih mahal dibandingkan Pakistan.
Ketiga, Thailand dengan jumlah impor mencapai 88.593 ton. Angka itu setara dengan USD76,3 juta atau lebih mahal dari beras impor asal Vietnam. Sedangkan impor beras lainnya berasal dari sejumlah negara seperti Myanmar dan India. Secara kumulatif, nilai impor beras sepanjang 2020 mencapai USD195,4 juta.
(akr)
tulis komentar anda