Bandari Pembangunan Sejumlah Bandara, Keuangan API Bisa Kedodoran Rp8,7 Triliun
Kamis, 02 September 2021 - 19:10 WIB
JAKARTA - Akumulasi defisit arus kas operasional PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I diestimasi mencapai Rp8,7 triliun. Sebab utamanya, penurunan trafik penumpang pesawat sebanyak 60% dan juga mendanai sejumlah pembangunan bandara yang merupakan proyek strategis nasional.
Direktur Project Management Office (PMO) Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, Edwin Hidayat menyebut, penurunan tersebut menyebabkan kerugian dan tekanan likuiditas berarti bagi AP I.
"Angkasa Pura I alami cash flow defisit yang diestimasi mencapai Rp8,7 triliun," ujar Edwin saat RDP bersama Komisi VI DPR, Kamis (2/9/2021).
Sementara itu, perseroan harus menyelesaikan sejumlah proyek bandara yang masuk dalam list Proyek Strategi Nasional (PSN). Misalnya, pengembangan bandara Semarang, Banjarmasin, Kulon Progo, Lombok, Solo, hingga Bali.
Dalam perjalanannya, AP I justru mengalami kesulitan keuangan dengan total utang berbunga mencapai Rp24,16 triliun. Edwin mencatat pembengkakan utang tersebut disebabkan adanya peningkatan utang untuk mendanai PSN sebesar Rp16,04 triliun.
PSN yang didanai di antaranya, Bandara Internasional Yogyakarta sebesar Rp11,7 triliun, Ahmad Yani International Semarang Rp2,14 triliun, Bandar Udara Internasional Syamsuddin Banjarmasin Rp2,2 triliun, Ngurah Rai International Bali Rp2,35 triliun, hingga pembiayaan lainnya.
Selain itu, perseroan juga melakukan pembiayaan investasi operasional cabang sebesar Rp5,7 triliun.
"Sementara AP 1 dalam proses menyelesaikan proyek PSN untuk pengembangan bandara di tengah pandemi. Kemampuan pendanaan terbatas ," ungkapnya.
Direktur Project Management Office (PMO) Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, Edwin Hidayat menyebut, penurunan tersebut menyebabkan kerugian dan tekanan likuiditas berarti bagi AP I.
"Angkasa Pura I alami cash flow defisit yang diestimasi mencapai Rp8,7 triliun," ujar Edwin saat RDP bersama Komisi VI DPR, Kamis (2/9/2021).
Sementara itu, perseroan harus menyelesaikan sejumlah proyek bandara yang masuk dalam list Proyek Strategi Nasional (PSN). Misalnya, pengembangan bandara Semarang, Banjarmasin, Kulon Progo, Lombok, Solo, hingga Bali.
Dalam perjalanannya, AP I justru mengalami kesulitan keuangan dengan total utang berbunga mencapai Rp24,16 triliun. Edwin mencatat pembengkakan utang tersebut disebabkan adanya peningkatan utang untuk mendanai PSN sebesar Rp16,04 triliun.
PSN yang didanai di antaranya, Bandara Internasional Yogyakarta sebesar Rp11,7 triliun, Ahmad Yani International Semarang Rp2,14 triliun, Bandar Udara Internasional Syamsuddin Banjarmasin Rp2,2 triliun, Ngurah Rai International Bali Rp2,35 triliun, hingga pembiayaan lainnya.
Selain itu, perseroan juga melakukan pembiayaan investasi operasional cabang sebesar Rp5,7 triliun.
"Sementara AP 1 dalam proses menyelesaikan proyek PSN untuk pengembangan bandara di tengah pandemi. Kemampuan pendanaan terbatas ," ungkapnya.
(uka)
tulis komentar anda