Mendorong Anak Muda Terjun ke Dunia Pertanian
Sabtu, 30 Mei 2020 - 20:13 WIB
Survei tersebut juga mengungkapkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi peminatan kaum muda pada bidang pertanian. Pertama, faktor jenis kelamin dimana survei mengungkapkan laki-laki lebih berminat terjun ke pertanian dibandingkan perempuan. Kedua, tingkat pendidikan.
Ironisnya, survei mengungkapkan, semakin tinggi pendidikan, semakin rendah minat pemuda terjun ke pertanian. Ketiga, adalah aktivitas utama. "Anak muda yang sudah terpapar pertanian akan tertarik untuk terjun," jelas Ayip.
Keempat, adalah faktor luas kepemilikan lahan dan pendapatan. "Semakin tinggi luas lahan akan semakin tinggi juga kemauan anak muda kembali ke pertanian," ungkapnya.
Sayangnya dari sektor pendapatan, survei mengungkapkan, pendapatan sektor pertanian memang masih kalah jauh dari sektor lain. Disparitas sektor pertanian dan non pertanian pada tahun 2013 menunjukkan besarnya jurang tersebut. Pendapatan sektor pertanian per kapita/tahun hanya Rp46 juta, sedangkan sektor lain mencapai Rp140-an juta/per kapita/tahun.
Ayip mengungkapkan, untuk mendorong minat anak muda terjun ke pertanian, pemerintah perlu mengupayakan adanya peningkatan akses dan kepemilikan lahan, peningkatan sarana dan prasarana, kepastian penghasilan dengan kebijakan harga yang baik, peningkatan pengetahuan tentang dunia pertanian, dan pembenahan dunia pendidikan.
"Seorang guru besar pernah mengungkapkan, dunia pendidikan pertanian terlalu akademis, kurang ke arah vokasi. Bertani itu pada akhirnya bagian dari ikhtiar, untuk menyempurnakan hajat manusia. Bukan hanya masalah tanam-menanam, jadi kalau sekarang kita tidak merindukan pertanian maka kita tidak merindukan kehidupan yang lebih sempurna," paparnya.
Lihat Juga: Prabowo Janji RI Swasembada Pangan 5 Tahun Lagi, Pakar Sarankan Genjot Komoditas non-Padi
Ironisnya, survei mengungkapkan, semakin tinggi pendidikan, semakin rendah minat pemuda terjun ke pertanian. Ketiga, adalah aktivitas utama. "Anak muda yang sudah terpapar pertanian akan tertarik untuk terjun," jelas Ayip.
Keempat, adalah faktor luas kepemilikan lahan dan pendapatan. "Semakin tinggi luas lahan akan semakin tinggi juga kemauan anak muda kembali ke pertanian," ungkapnya.
Sayangnya dari sektor pendapatan, survei mengungkapkan, pendapatan sektor pertanian memang masih kalah jauh dari sektor lain. Disparitas sektor pertanian dan non pertanian pada tahun 2013 menunjukkan besarnya jurang tersebut. Pendapatan sektor pertanian per kapita/tahun hanya Rp46 juta, sedangkan sektor lain mencapai Rp140-an juta/per kapita/tahun.
Ayip mengungkapkan, untuk mendorong minat anak muda terjun ke pertanian, pemerintah perlu mengupayakan adanya peningkatan akses dan kepemilikan lahan, peningkatan sarana dan prasarana, kepastian penghasilan dengan kebijakan harga yang baik, peningkatan pengetahuan tentang dunia pertanian, dan pembenahan dunia pendidikan.
"Seorang guru besar pernah mengungkapkan, dunia pendidikan pertanian terlalu akademis, kurang ke arah vokasi. Bertani itu pada akhirnya bagian dari ikhtiar, untuk menyempurnakan hajat manusia. Bukan hanya masalah tanam-menanam, jadi kalau sekarang kita tidak merindukan pertanian maka kita tidak merindukan kehidupan yang lebih sempurna," paparnya.
Lihat Juga: Prabowo Janji RI Swasembada Pangan 5 Tahun Lagi, Pakar Sarankan Genjot Komoditas non-Padi
(akr)
tulis komentar anda