BPOM Dorong Pengumpulan Bukti Empiris Khasiat Jamu Nusantara
Jum'at, 10 September 2021 - 02:49 WIB
Marina melakukan riset di tiga pasar di Sumatera Utara yaitu Pasar Kabanjahe, Pasar Berastagi, dan Pasar Pancur Batu. Dari ketiga pasar tersebut menemukan beragam jenis tanaman obat dan jamu seperti tawar, minyak gosok, parem, rempah-rempah untuk sauna tradisional (oukup), dan minuman kesehatan (rum-rumen) yang terdiri dari bawang batak, rumbane, tulasih, terbangun rata, kumangi, dan sereh.
“Ketika pengobatan modern dianggap tidak mampu, saat sakit parah mereka kembali mencari bahan alam,” kata Marina.
Senada dengan itu, akademisi dari FMIPA dan Gizi Uncen Papua Dr I Made Budi mengatakan Papua memiliki kekayaan bahan baku obat herbal seperti buah merah, crocodile oil, sarang semut, daun gatal, sengiber, daun sampare, coklat, dan daun jilat.
Berdasarkan survei, 75% masyarakat Papua masih memanfaatkan jamu atau herbal khas Papua dibandingkan obat farmasi. “Herbal Papua perlu dikembangkan secara mendalam dengan kajian ilmiah untuk mencapai mutu, kualitas, dan keamanan,” kata I Made Budi.
Artis Darius Sinathrya mengaku sejak kecil sudah akrab dengan produk jamu meskipun ibunya bukan asli warga negara Indonesia. Di tengah situasi pandemi saat ini, Darius menyadari potensi jamu semakin besar karena tren masyarakat back to nature (kembali ke alam).
(Baca juga:Dosen IPB Kembangkan Aplikasi untuk Prediksi Formula Jamu yang Mutakhir)
“Ibu saya walaupun bukan orang asli Indonesia tapi dia belajar berbagai macam kuliner temasuk mengolah jamu. Waktu kecil saya suka dibikinin brotowali, kunyit asem dan beras kencur. Sekarang ada lebih praktis lagi karena inovasi teknologi dalam bentuk kapsul sehingga kita bisa mengonsumsi setiap hari,” ujarnya.
Darius mengatakan jamu atau herbal bisa menjadi the new espreso. Apalagi dengan kreativitas penjual jamu modern saat ini yang mengemasnya sebagai jamu kekinian. “Jamu, herbal bisa menjadi the new espreso. Pagi-pagi orang biasanya ngopi, tapi ini kita dorong supaya bagaimana generasi muda mau minum jamu,” ujarnya.
Darius mengaku memiliki keluhan masalah pencernaan karena sering terlambat makan karena kesibukan. Oleh karena itu, dia mengatasi dengan rutin minum kunyit dalam bentuk kapsul lunak.
“Pasti kita menjaga pola hidup sehat dengan suplemen yang natural, ya itu jamu. Saya mengonsumsi kunyit dalam bentuk soft capsule. Pekerjaan membuat waktu makan telat, kepikiran pekerjaan besok, akhirnya lari ke perut, maag,” katanya.
“Ketika pengobatan modern dianggap tidak mampu, saat sakit parah mereka kembali mencari bahan alam,” kata Marina.
Senada dengan itu, akademisi dari FMIPA dan Gizi Uncen Papua Dr I Made Budi mengatakan Papua memiliki kekayaan bahan baku obat herbal seperti buah merah, crocodile oil, sarang semut, daun gatal, sengiber, daun sampare, coklat, dan daun jilat.
Berdasarkan survei, 75% masyarakat Papua masih memanfaatkan jamu atau herbal khas Papua dibandingkan obat farmasi. “Herbal Papua perlu dikembangkan secara mendalam dengan kajian ilmiah untuk mencapai mutu, kualitas, dan keamanan,” kata I Made Budi.
Artis Darius Sinathrya mengaku sejak kecil sudah akrab dengan produk jamu meskipun ibunya bukan asli warga negara Indonesia. Di tengah situasi pandemi saat ini, Darius menyadari potensi jamu semakin besar karena tren masyarakat back to nature (kembali ke alam).
(Baca juga:Dosen IPB Kembangkan Aplikasi untuk Prediksi Formula Jamu yang Mutakhir)
“Ibu saya walaupun bukan orang asli Indonesia tapi dia belajar berbagai macam kuliner temasuk mengolah jamu. Waktu kecil saya suka dibikinin brotowali, kunyit asem dan beras kencur. Sekarang ada lebih praktis lagi karena inovasi teknologi dalam bentuk kapsul sehingga kita bisa mengonsumsi setiap hari,” ujarnya.
Darius mengatakan jamu atau herbal bisa menjadi the new espreso. Apalagi dengan kreativitas penjual jamu modern saat ini yang mengemasnya sebagai jamu kekinian. “Jamu, herbal bisa menjadi the new espreso. Pagi-pagi orang biasanya ngopi, tapi ini kita dorong supaya bagaimana generasi muda mau minum jamu,” ujarnya.
Darius mengaku memiliki keluhan masalah pencernaan karena sering terlambat makan karena kesibukan. Oleh karena itu, dia mengatasi dengan rutin minum kunyit dalam bentuk kapsul lunak.
“Pasti kita menjaga pola hidup sehat dengan suplemen yang natural, ya itu jamu. Saya mengonsumsi kunyit dalam bentuk soft capsule. Pekerjaan membuat waktu makan telat, kepikiran pekerjaan besok, akhirnya lari ke perut, maag,” katanya.
tulis komentar anda