Rupiah Jadi Alat Transaksi Perdagangan Internasional Harus Didukung
Kamis, 16 September 2021 - 12:07 WIB
JAKARTA - Penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan internasional Indonesia ini harus didukung semua pihak. Wujud kerja sama penyelesaian transaksi bilateral atau local currenct settlement (LCS), mata uang lokal Indonesia kini dapat digunakan untuk kebutuhan bertransaksi dengan empat negara, yaitu Malaysia, Thailand, Jepang, dan China.
"Sebab, sangat positif bagi ekonomi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia," kata Anggota Komisi XI DPR Willy Aditya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/9/2021).
Menurut Willy, ada ketidakadilan di dalam transaksi perdagangan antarnegara ketika dua negara bertransaksi harus ditundukkan dolar Amerika. Hal ini menjadi keluhan dan kritik banyak negara.
"Pemilik USD bisa sangat powerfull dan menentukan transaksi dagang negara lainnya. Ini tidak adil," ujar Wakil Ketua Baleg DPR itu.
Kalau diingat 20-15 tahun lalu JPY (Yen Jepang) yang diusulkan menjadi SDR (Special Drawing Rights) juga sebenarnya adalah untuk mendesakkan sistem yang lebih adil dalam perdagangan internasional. Hal itu diikuti dengan penggunaan mata uang lokal yang menjadi kesepakatan dagang antarnegara.
Pilihan Indonesia menggunakan JPY dan Yuan dalam transaksi dagang kepada keduanya akan menjadi breakthrough di saat US dengan ketat mengendalikan peredaran USD. Kalau hal ini juga dilakukan oleh banyak negara lainnya, tentu akan positif dalam membangun sistem yang lebih stabil dan berkeadilan.
Wakil Ketua Fraksi NasDem DPR itu menerangkan, negara-negara counterpart dimana Indonesia bersepakat menggunakan mata uang lokal dalam perdangannya tentu sudah dipilih berdasarkan transaksi internasional yang secara kuantitas dan kualitas memang positif terhadap perdagangan Indonesia.
"Harus lebih banyak lagi negara-negara dimana kita net import yang harus diajak kerja sama untuk menggunakan mata uang lokal. Agar barang dari Indonesia juga bisa masuk ke negara tersebut," ungkapnya.
Perkembangan teknologi informasi, pasar e-commerce, lanjut Willy, sekiranya akan menjadi disrupsi yang membuat mata uang negara di dunia semakin memiliki nilai di dalam sistem transaksi internasional.
"Ini sangat nyata kita lihat misalnya kalau anda beli barang di salah satu marketplace warna oranye, barang dari China misalnya dibeli dengan harga rupiah. Saya kira hal demikian ini akan terus berlangsung dan meluas," tandas legislator dari Dapil Jawa Timur XI itu.
"Sebab, sangat positif bagi ekonomi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia," kata Anggota Komisi XI DPR Willy Aditya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/9/2021).
Menurut Willy, ada ketidakadilan di dalam transaksi perdagangan antarnegara ketika dua negara bertransaksi harus ditundukkan dolar Amerika. Hal ini menjadi keluhan dan kritik banyak negara.
"Pemilik USD bisa sangat powerfull dan menentukan transaksi dagang negara lainnya. Ini tidak adil," ujar Wakil Ketua Baleg DPR itu.
Kalau diingat 20-15 tahun lalu JPY (Yen Jepang) yang diusulkan menjadi SDR (Special Drawing Rights) juga sebenarnya adalah untuk mendesakkan sistem yang lebih adil dalam perdagangan internasional. Hal itu diikuti dengan penggunaan mata uang lokal yang menjadi kesepakatan dagang antarnegara.
Pilihan Indonesia menggunakan JPY dan Yuan dalam transaksi dagang kepada keduanya akan menjadi breakthrough di saat US dengan ketat mengendalikan peredaran USD. Kalau hal ini juga dilakukan oleh banyak negara lainnya, tentu akan positif dalam membangun sistem yang lebih stabil dan berkeadilan.
Wakil Ketua Fraksi NasDem DPR itu menerangkan, negara-negara counterpart dimana Indonesia bersepakat menggunakan mata uang lokal dalam perdangannya tentu sudah dipilih berdasarkan transaksi internasional yang secara kuantitas dan kualitas memang positif terhadap perdagangan Indonesia.
"Harus lebih banyak lagi negara-negara dimana kita net import yang harus diajak kerja sama untuk menggunakan mata uang lokal. Agar barang dari Indonesia juga bisa masuk ke negara tersebut," ungkapnya.
Perkembangan teknologi informasi, pasar e-commerce, lanjut Willy, sekiranya akan menjadi disrupsi yang membuat mata uang negara di dunia semakin memiliki nilai di dalam sistem transaksi internasional.
"Ini sangat nyata kita lihat misalnya kalau anda beli barang di salah satu marketplace warna oranye, barang dari China misalnya dibeli dengan harga rupiah. Saya kira hal demikian ini akan terus berlangsung dan meluas," tandas legislator dari Dapil Jawa Timur XI itu.
(akr)
tulis komentar anda