Asosiasi Usaha Produk Bernutrisi Dorong Wujudkan Generasi Indonesia Emas 2045
Kamis, 23 September 2021 - 05:00 WIB
JAKARTA - Asosiasi Perusahan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA) terus mendorong pemenuhan gizi bagi ibu dan anak untuk mewujudkan Generasi Indonesia Emas 2045 agar Indonesia termasuk ke dalam kelompok ekonomi negara maju . Di samping itu terus mendorong program pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).
"Visi dan misi APPNIA sendiri adalah untuk bisa membantu peningkatan status gizi masyarakat khususnya ibu dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan," kata Ketua Umum APPNIA, Vera Galuh Sugijanto dalam webinar, baru-baru ini.
Dia mengatakan peningkatan gizi ibu dan anak itu dilakukan melalui layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi dan berkualitas dengan tetap mendukung program pemerintah dalam hal pemberian ASI eksklusif melalui berbagai kebijakan, mengedepankan etika bisnis, dan program-program yang dilakukan perusahaan anggota APPNIA.
Pemerintah menargetkan Generasi Indonesia Emas 2045 yang mensyaratkan manusia sehat dan berkualitas sehingga pemenuhan gizi anak menjadi hal yang utama.
Dalam kesempatan yang sama Deputi Bidang Peningkatan Kesehatan, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Agus Suprapto, mengatakan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting merupakan wujud komitmen pemerintah provinsi, kabupaten dan desa untuk menurunkan stunting (kurang gizi anak).
"Dalam percepatan penurunan stunting, di masing-masing daerah akan dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting yang diketuai pimpinan daerah," tambah Agus.
Agus mengharapkan sinergi dan dukungan semua pihak dalam pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan untuk percepatan pencegahan stunting. Spesialis gizi anak dari Universitas Indonesia, Damayanti Sjarif, mengatakan bahwa stunting merupakan suatu kondisi perawakan pendek, dimana penyebabnya adalah kekurangan gizi kronik.
Selain mempengaruhi bentik fisik, stunting juga berpengaruh pada pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan anak. "Untuk mengatasi stunting, pencegahan lebih baik dari pengobatan, berikanlah ASI dan makanan pendamping ASI yang benar yang mengandung cukup protein hewani serta melakukan pemantauan secara berkala,: tambah Damaya.
Direktur Tempo Institute Qaris Tajudin mengatakan bahwa permasalahan kesehatan, termasuk gizi, merupakan isu yang kompleks dan memerlukan dukungan berbagai pihak. "Pemahaman mengenai isu kesehatan, termasuk gizi, memerlukan keahlian khusus dari para ahli kesehatan. Peran media adalah memberikan edukasi yang mudah dimengerti bagi bagi masyarakat supaya kebutuhan gizi bangsa dapat terpenuhi," ungkap Qaris.
"Visi dan misi APPNIA sendiri adalah untuk bisa membantu peningkatan status gizi masyarakat khususnya ibu dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan," kata Ketua Umum APPNIA, Vera Galuh Sugijanto dalam webinar, baru-baru ini.
Dia mengatakan peningkatan gizi ibu dan anak itu dilakukan melalui layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi dan berkualitas dengan tetap mendukung program pemerintah dalam hal pemberian ASI eksklusif melalui berbagai kebijakan, mengedepankan etika bisnis, dan program-program yang dilakukan perusahaan anggota APPNIA.
Pemerintah menargetkan Generasi Indonesia Emas 2045 yang mensyaratkan manusia sehat dan berkualitas sehingga pemenuhan gizi anak menjadi hal yang utama.
Dalam kesempatan yang sama Deputi Bidang Peningkatan Kesehatan, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Agus Suprapto, mengatakan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting merupakan wujud komitmen pemerintah provinsi, kabupaten dan desa untuk menurunkan stunting (kurang gizi anak).
"Dalam percepatan penurunan stunting, di masing-masing daerah akan dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting yang diketuai pimpinan daerah," tambah Agus.
Agus mengharapkan sinergi dan dukungan semua pihak dalam pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan untuk percepatan pencegahan stunting. Spesialis gizi anak dari Universitas Indonesia, Damayanti Sjarif, mengatakan bahwa stunting merupakan suatu kondisi perawakan pendek, dimana penyebabnya adalah kekurangan gizi kronik.
Selain mempengaruhi bentik fisik, stunting juga berpengaruh pada pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan anak. "Untuk mengatasi stunting, pencegahan lebih baik dari pengobatan, berikanlah ASI dan makanan pendamping ASI yang benar yang mengandung cukup protein hewani serta melakukan pemantauan secara berkala,: tambah Damaya.
Direktur Tempo Institute Qaris Tajudin mengatakan bahwa permasalahan kesehatan, termasuk gizi, merupakan isu yang kompleks dan memerlukan dukungan berbagai pihak. "Pemahaman mengenai isu kesehatan, termasuk gizi, memerlukan keahlian khusus dari para ahli kesehatan. Peran media adalah memberikan edukasi yang mudah dimengerti bagi bagi masyarakat supaya kebutuhan gizi bangsa dapat terpenuhi," ungkap Qaris.
(nng)
tulis komentar anda