Sri Mulyani Waspadai Kenaikan Harga Komoditas RI Akibat Melambatnya Ekonomi China
Senin, 25 Oktober 2021 - 12:29 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mewaspadai terkait gejolak inflasi hingga utang Evergrande China. Persoalan tersebut berdampak pada melambatnya ekonomi China dikhawatirkan berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia.
"Inflasi dan kasus cicilan utang Evergrande belum selesai, potensinya memperlambat ekonomi Tiongkok," kata Sri Mulyani saat konferensi video virtual, Senin (25/10/2021).
Menurut dia pembayaraan cicilan Evergrande masih tahap awal, belum lagi soal lonjakan inflasi akibat krisis energi di negara tersebut sehingga dampaknya menyebabkan ekonomi China melambat. Perlambatan ekonomi China dikhawatirkan berdampak besar terhadap ekonomi global termasuk Indonesia.
"Perlambatan ekonomi di Tiongkok juga dampak ekonomi global termasuk harga komoditas dan pertumbuahn ekonomi keseluruhan," katanya.
Evergrande mulai melakukan pembayaran bunga utang sebesar USD83,5 juta atau setara Rp1,16 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS) pada obligasi dalam bentuk dolar yang jatuh tempo bulan lalu. Langkah tersebut menjadi sinyal positif bagi para investor sekaligus menunjukkan bahwa Evergrande mulai menjauh dari ambang gagal bayar (default).
Setidaknya ada perpanjangan waktu satu minggu lagi untuk mengatasi krisis utang yang telah mengguncang kepercayaan investor terhadap bisnis Negeri Tirai Bambu tersebut.
"Inflasi dan kasus cicilan utang Evergrande belum selesai, potensinya memperlambat ekonomi Tiongkok," kata Sri Mulyani saat konferensi video virtual, Senin (25/10/2021).
Menurut dia pembayaraan cicilan Evergrande masih tahap awal, belum lagi soal lonjakan inflasi akibat krisis energi di negara tersebut sehingga dampaknya menyebabkan ekonomi China melambat. Perlambatan ekonomi China dikhawatirkan berdampak besar terhadap ekonomi global termasuk Indonesia.
"Perlambatan ekonomi di Tiongkok juga dampak ekonomi global termasuk harga komoditas dan pertumbuahn ekonomi keseluruhan," katanya.
Evergrande mulai melakukan pembayaran bunga utang sebesar USD83,5 juta atau setara Rp1,16 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS) pada obligasi dalam bentuk dolar yang jatuh tempo bulan lalu. Langkah tersebut menjadi sinyal positif bagi para investor sekaligus menunjukkan bahwa Evergrande mulai menjauh dari ambang gagal bayar (default).
Setidaknya ada perpanjangan waktu satu minggu lagi untuk mengatasi krisis utang yang telah mengguncang kepercayaan investor terhadap bisnis Negeri Tirai Bambu tersebut.
(nng)
tulis komentar anda