Mulai dari LRT hingga Bandara Kertajati, Pengamat: Studi Awalnya Kurang Tepat

Senin, 25 Oktober 2021 - 15:59 WIB
"Lewat jalan Pantura masuk ke dalamnya jauh. Lewat jalan tol belum ada aksesnya, tentu orang dari Bandung lebih memilih ke Jakarta, karena kalau ke situ (Kertajati) bisa muter hingga 4-5 jam, sedangkan ke Jakarta cuma tiga jam," ujar Djoko.

Sejak April 2020, Bandara Kertajati sudah tidak melayani penumpang lagi. Sebelumnya terdapat empat maskapai yang memiliki slot penerbangan di bandara ini, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, dan Wings Air.

Permasalah tersebut dijelaskan Agus ketika muncul sebuah gagasan untuk menampung limpahan dari Bandara Soekarno-Hatta, di cengkareng.

"Saya sudah bilang waktu itu, limpahan itu tidak boleh lebih dari 50 km, kalau itu kejauhan. Kalau orang dari Bandung ke Medan misalnya, ya dia milih ke Jakarta penerbangannya banyak, waktu itu," sambung Agus Pambagio.

Agus menduga, Hal-hal tersebut terjadi didasari oleh studi awalnya yang kurang tepat sehingga proyek yang dijalankan mangkrak. Dirinya menyebut mangkrak terbagi menjadi dua, pertama bisa mangkrak tidak jadi, dan mangkrak sudah jadi tapi tidak beroperasi.

Sedangkan untuk LRT Jakarta, dirinya mengatakan ada kesalahan dari sisi pengadaan rel yang digunakan. Jadi rel LRT yang digunakan berbeda dengan rel kereta api pada umumnya sehingga diperlukan depo baru untuk menampung LRT.

"Misalnya seperti kereta cepat, LRT Jabodebek, itu kan belum jalan juga, padahal sudah lama. Untuk LRT saya sudah bilang, itu kan relnya berbeda dengan rel yang dipakai kereta api, karena rel lebar itu untuk kecepatan di atas 120 km/jam, ngapain pakai itu," kata Agus.

Menurutnya penggunaan rel yang berbeda itu akan justru menambah biaya pembangunan seperti bikin stasiun baru, karena rel yang digunakan berbeda dengan kereta api pada umumnya.

"Kalau sama kan bisa pakai depo Manggarai karena sekarang beda, ya tidak bisa. Dia harus bikin depo sehingga dari anggaran Rp20 triliun menjadi Rp30 triliun. Hal itu kan sebenarnya masuk ke fisibility study," tuturnya.

Djoko Setijowarno menyampaikan, selain membangun infrastruktur, pemerintah pusat maupun daerah juga harus bisa mengembangkan potensi pariwisata untuk menarik masyarakat di daerah lain untuk berkunjung dan menggunakan infrastruktur.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More