Industri Migas Hadapi Tripple Shock, Pertamina Perlu Pimpinan yang Mumpuni
Kamis, 04 Juni 2020 - 20:57 WIB
(Baca Juga: Harga Minyak Turun, Pertamina EP Tekankan Cost Effectiviness)
Seperti diketahui, Kementerian BUMN merencanakan RUPS Pertamina yang hingga kini belum terang kepastiannya, kendati awalnya disebut-sebut pada 10 Juni 2020. Dikabarkan sejumlah direksi bakal diganti, termasuk direktur hulu. Di bagian lain, beberapa dirut anak usaha hulu Pertamina bersiap pensiun, antara lain adalah Dirut PT Pertamina EP Cepu Jamsaton Nababan, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia Bambang Manumayoso, dan Direktur Utama PT Pertamina International EP Deni S Tampubolon. Adapun Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf telah pensiun per 22 Mei lalu.
Terkait dengan rencana RUPS Pertamina harus dijadikan momentum untuk memilih figur baru direktur hulu Pertamina. Apalagi industri migas saat ini menghadapi triple shock.
Nanang dinilai mampu memenuhi kriteria pimpinan perusahaa di hulu dengan mempertimbangkan segala aspek seperti tertuang dalam Permen BUMN Nomor PER-OS/MBU/02/2015, yaitu latar belakangnya Pendidikan yang sesuai dan diperlukan hulu, berpengalaman kerja di dalam dan luar negeri, bahkan hingga penugasan ke Libya saat itu (2014) dan prestasi lain di bidang korporasi, pemahaman terhadap isu-isu strategis dalam proses bisnis migas dari hulu ke hilir, berperilaku yang baik, berdedikasi yang tinggi untuk tercapainya visi dalam idnustri energi dunia.
Nanang juga dinilai figur yang komit melaksanakan tata nilai fundamental Pertamina (6C) untuk memegang teguh aspek clean, yaitu pimpinan Pertamina yang tercatat bersih dari segala macam track record negatif yang kontraproduktif bagi kinerja korporasi.
Nanang juga dikenal dekat dan gemar melaksanakan diskusi dengan Serikat Pekerja (SP) Pertamina dari Sabang sampai Merauke, yang menjadi wadah aspirasi para pekerja Pertamina bersinergi dan komunikasi dengan perusahaan serta selanjutnya efektifitas komunikasi tersebut akan mampu menjaga keberlangsungan bisnis perusahaan ke depan.
Di sisi lain, kinerja Nanang sejak memimpin Pertamina EP pada awal 2017 hingga akhir Mei 2020 terbilang cemerlang. Nanang sanggup mendongkrak produksi migas Pertamina EP yang terpuruk hingga 76.000 BOEPD saat itu. Aksi-aksi korporasi Pertamina EP untuk bisa meningkatkan produksi minyak terus dilakukan, baik dari pengambilalihan lapangan/unitisasi yang habis masa kontraknya seperti Sukowati Field di Bojonegoro. Bahkan, Pertamina EP yang dipimpinnya saat itu tercatat memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan dan kontribusi bersih bagi perseroan.
Seperti diketahui, Kementerian BUMN merencanakan RUPS Pertamina yang hingga kini belum terang kepastiannya, kendati awalnya disebut-sebut pada 10 Juni 2020. Dikabarkan sejumlah direksi bakal diganti, termasuk direktur hulu. Di bagian lain, beberapa dirut anak usaha hulu Pertamina bersiap pensiun, antara lain adalah Dirut PT Pertamina EP Cepu Jamsaton Nababan, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia Bambang Manumayoso, dan Direktur Utama PT Pertamina International EP Deni S Tampubolon. Adapun Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf telah pensiun per 22 Mei lalu.
Terkait dengan rencana RUPS Pertamina harus dijadikan momentum untuk memilih figur baru direktur hulu Pertamina. Apalagi industri migas saat ini menghadapi triple shock.
Nanang dinilai mampu memenuhi kriteria pimpinan perusahaa di hulu dengan mempertimbangkan segala aspek seperti tertuang dalam Permen BUMN Nomor PER-OS/MBU/02/2015, yaitu latar belakangnya Pendidikan yang sesuai dan diperlukan hulu, berpengalaman kerja di dalam dan luar negeri, bahkan hingga penugasan ke Libya saat itu (2014) dan prestasi lain di bidang korporasi, pemahaman terhadap isu-isu strategis dalam proses bisnis migas dari hulu ke hilir, berperilaku yang baik, berdedikasi yang tinggi untuk tercapainya visi dalam idnustri energi dunia.
Nanang juga dinilai figur yang komit melaksanakan tata nilai fundamental Pertamina (6C) untuk memegang teguh aspek clean, yaitu pimpinan Pertamina yang tercatat bersih dari segala macam track record negatif yang kontraproduktif bagi kinerja korporasi.
Nanang juga dikenal dekat dan gemar melaksanakan diskusi dengan Serikat Pekerja (SP) Pertamina dari Sabang sampai Merauke, yang menjadi wadah aspirasi para pekerja Pertamina bersinergi dan komunikasi dengan perusahaan serta selanjutnya efektifitas komunikasi tersebut akan mampu menjaga keberlangsungan bisnis perusahaan ke depan.
Di sisi lain, kinerja Nanang sejak memimpin Pertamina EP pada awal 2017 hingga akhir Mei 2020 terbilang cemerlang. Nanang sanggup mendongkrak produksi migas Pertamina EP yang terpuruk hingga 76.000 BOEPD saat itu. Aksi-aksi korporasi Pertamina EP untuk bisa meningkatkan produksi minyak terus dilakukan, baik dari pengambilalihan lapangan/unitisasi yang habis masa kontraknya seperti Sukowati Field di Bojonegoro. Bahkan, Pertamina EP yang dipimpinnya saat itu tercatat memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan dan kontribusi bersih bagi perseroan.
(fai)
tulis komentar anda