Dukungan KUR BRI Bikin Bisnis Perhiasan Mutiara di Lombok Kian Berkilau
Senin, 08 November 2021 - 07:02 WIB
Mengusung konsep “Crafted by Local Artisan”, Ana Pearl mengedepankan produk dari hasil karya seniman/perajin lokal dengan harapan mampu membawa hasil karya tersebut menuju level lebih tinggi.
Pasokan mutiara berasal dari pembudidaya di Kampung Sekarbela, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram yang juga dikenal sebagai sentra mutiara. Menurut Anita, terdapat dua jenis mutiara, yakni air laut dan air tawar.
Mutiara air laut relatif lebih mahal dari air tawar. Dia mengingatkan agar pembeli tidak tertipu dengan mutiara palsu. Salah satu cara membedakannya yakni dengan merendam dengan cairan aseton. “Kalau palsu, nanti setelah digosok pada kain akan pudar warnanya, luntur,” kata dia, seraya mempraktikkan metode itu.
Tahan Banting dari Terpaan Pandemi
Pandemi Covid-19 memukul hampir semua sektor ekonomi. Tak terkecuali kerajinan dan bisnis perhiasan mutiara. Kendati tak sampai terjerembab, omzet penjualan sempat turun.
Anita mengisahkan, sebelum pandemi omzet Ana Pearl bisa Rp100 juta hingga Rp110 juta per bulan. Ketika ramai-ramainya pembeli, omzet bisa melesat hingga Rp1,5 miliar per tahun. Namun di awal badai virus corona, omzet per bulan sempat meredup Rp900 juta per tahun.
Sisi baiknya, pandemi turut mengerek belanja digital. Ana Pearl yang juga mengandalkan pemasaran lewat online, baik melalui website, social media maupun marketplace, turut kecipratan berkah.
Perlahan omzet itu kembali terdongkrak. Orang belanja secara daring juga naik. Angka Rp1,5 miliar per tahun pun kembali diraup, bahkan kini mulai lebih. Maklum, pembeli tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga mancanegara.
Pasokan mutiara berasal dari pembudidaya di Kampung Sekarbela, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram yang juga dikenal sebagai sentra mutiara. Menurut Anita, terdapat dua jenis mutiara, yakni air laut dan air tawar.
Mutiara air laut relatif lebih mahal dari air tawar. Dia mengingatkan agar pembeli tidak tertipu dengan mutiara palsu. Salah satu cara membedakannya yakni dengan merendam dengan cairan aseton. “Kalau palsu, nanti setelah digosok pada kain akan pudar warnanya, luntur,” kata dia, seraya mempraktikkan metode itu.
Tahan Banting dari Terpaan Pandemi
Pandemi Covid-19 memukul hampir semua sektor ekonomi. Tak terkecuali kerajinan dan bisnis perhiasan mutiara. Kendati tak sampai terjerembab, omzet penjualan sempat turun.
Anita mengisahkan, sebelum pandemi omzet Ana Pearl bisa Rp100 juta hingga Rp110 juta per bulan. Ketika ramai-ramainya pembeli, omzet bisa melesat hingga Rp1,5 miliar per tahun. Namun di awal badai virus corona, omzet per bulan sempat meredup Rp900 juta per tahun.
Sisi baiknya, pandemi turut mengerek belanja digital. Ana Pearl yang juga mengandalkan pemasaran lewat online, baik melalui website, social media maupun marketplace, turut kecipratan berkah.
Perlahan omzet itu kembali terdongkrak. Orang belanja secara daring juga naik. Angka Rp1,5 miliar per tahun pun kembali diraup, bahkan kini mulai lebih. Maklum, pembeli tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga mancanegara.
Lihat Juga :
tulis komentar anda