Tak Hanya Nikel, Jokowi Minta Stop Ekspor Bauksit Tahun Depan
Rabu, 24 November 2021 - 13:27 WIB
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan kembali rencana penghentian ekspor bauksit , tembaga hingga timah setelah sebelumnya sukses menghentikan ekspor bijih nikel sejak tahun lalu.
"Ini sudah dimulai dari penghentian ekspor nikel. Mungkin tahun depan dengan kalkulasi dan hitung-hitungan akan memberhentikan ekspor bauksit," tegas Jokowi saat hadir di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) secara virtual di Jakarta, Rabu (24/11/2021).
Dia mengungkapkan setelah ekspor bauksit ditutup selanjutnya tahun depan kemudian bisa menghentikan ekspor tembaga dan tahun depannya lagi timah. "Kita ingin agar bahan mentah semuanya diekspor dalam bentuk barang setengah jadi atau barang jadi," jelasnya.
Jokowi bercerita, saat menghentikan ekspor bijih nikel pada tiga sampai empat tahun lalu ekspor bijih nikel hanya bernilai USD1,1 miliar. Tapi setelah ada kebijakan nilai tambah tahun ini diperkirakan meningkat menjadi USD20 miliar. "Karena stok nikel dari kira-kira Rp15 triliun melompat menjadi Rp288 triliun," ungkap Jokowi.
Melalui kebijakan menghentikan ekspor raw material dipastikan akan memeperbaiki neraca perdagangan, neraca pembayaran dan neraca transaksi berjalan. Jokowi menjelaskan di 2018 neraca perdagangan masih defisit minus USD18,41 miliar baru di bulan Oktober 2021 menurun jadi USD1,5 miliar, khusus ke China.
"Yang dulu kita defisit, insyaallah tahun depan kita sudah surplus dengan China. Artinya apa, barang kita akan lebih banyak masuk ke sana dengan nilai yang lebih baik dari sebelumnya. Ini baru urusan nikel distop, kalau nanti bauksit distop, nilainya juga kurang lebih akan sama, kita akan melompat ke angka USD20-23 miliar," kata dia.
"Ini sudah dimulai dari penghentian ekspor nikel. Mungkin tahun depan dengan kalkulasi dan hitung-hitungan akan memberhentikan ekspor bauksit," tegas Jokowi saat hadir di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) secara virtual di Jakarta, Rabu (24/11/2021).
Dia mengungkapkan setelah ekspor bauksit ditutup selanjutnya tahun depan kemudian bisa menghentikan ekspor tembaga dan tahun depannya lagi timah. "Kita ingin agar bahan mentah semuanya diekspor dalam bentuk barang setengah jadi atau barang jadi," jelasnya.
Jokowi bercerita, saat menghentikan ekspor bijih nikel pada tiga sampai empat tahun lalu ekspor bijih nikel hanya bernilai USD1,1 miliar. Tapi setelah ada kebijakan nilai tambah tahun ini diperkirakan meningkat menjadi USD20 miliar. "Karena stok nikel dari kira-kira Rp15 triliun melompat menjadi Rp288 triliun," ungkap Jokowi.
Melalui kebijakan menghentikan ekspor raw material dipastikan akan memeperbaiki neraca perdagangan, neraca pembayaran dan neraca transaksi berjalan. Jokowi menjelaskan di 2018 neraca perdagangan masih defisit minus USD18,41 miliar baru di bulan Oktober 2021 menurun jadi USD1,5 miliar, khusus ke China.
"Yang dulu kita defisit, insyaallah tahun depan kita sudah surplus dengan China. Artinya apa, barang kita akan lebih banyak masuk ke sana dengan nilai yang lebih baik dari sebelumnya. Ini baru urusan nikel distop, kalau nanti bauksit distop, nilainya juga kurang lebih akan sama, kita akan melompat ke angka USD20-23 miliar," kata dia.
(nng)
tulis komentar anda