Pengamat Indef: Kebijakan Kementan Fokus Bantu Petani Tepat
Selasa, 09 Juni 2020 - 16:05 WIB
JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dinilai berhasil dalam menjaga stok pangan di tengah hantaman wabah Covid-19 ini yang melumpuhkan berbagai komoditas ekonomi, termasuk komoditas pangan. Ia pun mendapat apresiasi dari sejumlah pihak.
Dalam survei Indobarometer, Syahrul Yasin Limpo berhasil meraih predikat 10 menteri dengan kinerja terbaik di 100 hari kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo. Di tengah musibah Covid-19 ini, ketahanan pangan sempat terganggu lantaran adanya pembatasan sosial berskala besar. Namun, berkat program strategi ketahanan pangan Kementan dalam menghadapi new normal bisa menjadi solusi bagi pemerintah mencegah babak belurnya sektor pertanian. (Baca juga: Tiga Strategi Mentan Atasi Masalah Pangan di New Normal )
Pengamat bidang pertanian dan perekonomian dari Indef Muhammad Rusli Abdullah menyampaikan bahwa kinerja Menteri Pertanian pada masa pandemik Covid-19 ini dinilai cukup baik. Terlebih adanya kebijakan untuk memfokuskan para petani.
“Kebijakannya bagus ya, terkait bantuan untuk petani, itu harus memperhatikan locus-nya, apa namanya lokasi daerahnya,” kata Rusli kepada wartawan di Jakarta, Selasa (9/6/2020).
Dia menyarankan Mentan juga memberikan bantuan kepada zona hijau karena juga terdampak zona merah dalam hal pemasaran produk pangan. “Misalnya, enggak ada orang yang jual, berdampak dong, pemerintah harus lihat ini. Jangan hanya di zona merah saja yang dikasih bantuan. Zona hijau pun terdampak harusnya juga dikasih bantuan,” urainya. (Lihat grafis: Karyawan Perkantoran di DKI Jakarta Siap Bekerja ala Ninja )
Data BPS menyebutkan produksi Januari-Mei 2020: 15,1 juta ton beras dan surplus stock pada akhir Mei sebesar 8,48 juta ton beras. Selanjutnya BPS memprediksi stok beras akhir Juli mencapai 8,13 juta ton. Ini artinya stok banyak dan pangan cukup aman.
“Fine-fine saja, aman-aman. Cuma kan problemnya ada di logistik. Karena ada daerah yang khawatir, sampai bulan Juli ngamanin stok beras sampai panen. Di sinilah peran pemerintah menyerap beras,” tandasnya. (Baca juga: Tes Covid-19 Sebelum Bepergian: Antara Kesehatan, Ribet, dan Biaya yang Mahal )
Mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) turun karena pandemi Covid19 hanya situasional saja dan akan segera pulih kembali normal. “NTP akan meningkat selama harga gabah meningkat. Asumsinya harga indeks spendingnya tetap, kalau sama ya sama saja, saling berkejaran, harga jual gabah dibagi dengan indeks yang dibayarkan. Kalau diterima lebih besar dari pengeluaran ya harganya otomatis tinggi,” paparnya.
Lihat Juga: Prabowo Janji RI Swasembada Pangan 5 Tahun Lagi, Pakar Sarankan Genjot Komoditas non-Padi
Dalam survei Indobarometer, Syahrul Yasin Limpo berhasil meraih predikat 10 menteri dengan kinerja terbaik di 100 hari kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo. Di tengah musibah Covid-19 ini, ketahanan pangan sempat terganggu lantaran adanya pembatasan sosial berskala besar. Namun, berkat program strategi ketahanan pangan Kementan dalam menghadapi new normal bisa menjadi solusi bagi pemerintah mencegah babak belurnya sektor pertanian. (Baca juga: Tiga Strategi Mentan Atasi Masalah Pangan di New Normal )
Pengamat bidang pertanian dan perekonomian dari Indef Muhammad Rusli Abdullah menyampaikan bahwa kinerja Menteri Pertanian pada masa pandemik Covid-19 ini dinilai cukup baik. Terlebih adanya kebijakan untuk memfokuskan para petani.
“Kebijakannya bagus ya, terkait bantuan untuk petani, itu harus memperhatikan locus-nya, apa namanya lokasi daerahnya,” kata Rusli kepada wartawan di Jakarta, Selasa (9/6/2020).
Dia menyarankan Mentan juga memberikan bantuan kepada zona hijau karena juga terdampak zona merah dalam hal pemasaran produk pangan. “Misalnya, enggak ada orang yang jual, berdampak dong, pemerintah harus lihat ini. Jangan hanya di zona merah saja yang dikasih bantuan. Zona hijau pun terdampak harusnya juga dikasih bantuan,” urainya. (Lihat grafis: Karyawan Perkantoran di DKI Jakarta Siap Bekerja ala Ninja )
Data BPS menyebutkan produksi Januari-Mei 2020: 15,1 juta ton beras dan surplus stock pada akhir Mei sebesar 8,48 juta ton beras. Selanjutnya BPS memprediksi stok beras akhir Juli mencapai 8,13 juta ton. Ini artinya stok banyak dan pangan cukup aman.
“Fine-fine saja, aman-aman. Cuma kan problemnya ada di logistik. Karena ada daerah yang khawatir, sampai bulan Juli ngamanin stok beras sampai panen. Di sinilah peran pemerintah menyerap beras,” tandasnya. (Baca juga: Tes Covid-19 Sebelum Bepergian: Antara Kesehatan, Ribet, dan Biaya yang Mahal )
Mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) turun karena pandemi Covid19 hanya situasional saja dan akan segera pulih kembali normal. “NTP akan meningkat selama harga gabah meningkat. Asumsinya harga indeks spendingnya tetap, kalau sama ya sama saja, saling berkejaran, harga jual gabah dibagi dengan indeks yang dibayarkan. Kalau diterima lebih besar dari pengeluaran ya harganya otomatis tinggi,” paparnya.
Lihat Juga: Prabowo Janji RI Swasembada Pangan 5 Tahun Lagi, Pakar Sarankan Genjot Komoditas non-Padi
(poe)
tulis komentar anda