Intip Kesiapan PLN Jaga Pasokan Listrik Jelang Nataru
Jum'at, 24 Desember 2021 - 20:43 WIB
"Tak hanya itu, PLN juga mendirikan 2.702 posko yang siap memberikan pelayanan prima kepada pelanggan di Tanah Air," terang Darmawan.
Selain itu, sebagai backup plan, PLN juga memastikan operasional PLTA Saguling berjalan optimal. Ia mengatakan, PLTA Saguling memegang peranan penting dalam sistem kelistrikan Jawa-Bali. Apalagi PLTA Saguling ini merupakan pembangkit nol emisi dan sudah beroperasi lebih dari 35 tahun.
"PLTA ini menopang sistem kelistrikan Jawa-Bali dengan kemampuan penstabil frekuensi sistem dan sebagai penopang jika terjadi blackout atau pemadaman listrik. Pembangkit ini menjadi salah satu pembangkit yang dapat dioperasikan sebagai black start," ujar Darmawan.
Direktur Utama PT Indonesia Power, Ahsin Sidqi menjelaskan PLTA Saguling tidak hanya menjadi backbone pasokan, tetapi dengan kemampuannya PLTA ini mampu menjadi black start. Sebab, kemampuan durasi start yang cepat dengan hanya butuh waktu 15 menit untuk sinkron ke jaringan.
Pembangkit dengan kapasitas sebesar 700,72 Mega Watt (MW) ini berkontribusi 2,7 persen dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW. Pembangkit ini juga sebagai penstabil frekuensi sistem jika terjadi perubahan frekuensi akibat adanya gangguan di jaringan.
"Selain andal, PLTA Saguling ini juga merupakan pembangkit EBT dengan biaya produksi yang rendah," ujar Ahsin.
Terletak di Kabupaten Bandung Barat dengan total kapasitas terpasang mencapai 844,36 MW, PLTA Saguling ditopang oleh 7 sub-unit, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit untuk menjaga keandalan pasok listriknya. Sub Unit tersebut antara lain, Sub Unit PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Plengan 6,87 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Lamajan 19,56 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Cikalong 19,20 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Ubrug 18,36 MW (Kab. Sukabumi), Sub Unit PLTA Karacak 18,9 MW (Kab. Bogor), serta Sub Unit PLTA Parakan Kondang 9,9 MW (Kab. Sumedang).
Selain itu, sebagai backup plan, PLN juga memastikan operasional PLTA Saguling berjalan optimal. Ia mengatakan, PLTA Saguling memegang peranan penting dalam sistem kelistrikan Jawa-Bali. Apalagi PLTA Saguling ini merupakan pembangkit nol emisi dan sudah beroperasi lebih dari 35 tahun.
"PLTA ini menopang sistem kelistrikan Jawa-Bali dengan kemampuan penstabil frekuensi sistem dan sebagai penopang jika terjadi blackout atau pemadaman listrik. Pembangkit ini menjadi salah satu pembangkit yang dapat dioperasikan sebagai black start," ujar Darmawan.
Direktur Utama PT Indonesia Power, Ahsin Sidqi menjelaskan PLTA Saguling tidak hanya menjadi backbone pasokan, tetapi dengan kemampuannya PLTA ini mampu menjadi black start. Sebab, kemampuan durasi start yang cepat dengan hanya butuh waktu 15 menit untuk sinkron ke jaringan.
Pembangkit dengan kapasitas sebesar 700,72 Mega Watt (MW) ini berkontribusi 2,7 persen dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW. Pembangkit ini juga sebagai penstabil frekuensi sistem jika terjadi perubahan frekuensi akibat adanya gangguan di jaringan.
"Selain andal, PLTA Saguling ini juga merupakan pembangkit EBT dengan biaya produksi yang rendah," ujar Ahsin.
Terletak di Kabupaten Bandung Barat dengan total kapasitas terpasang mencapai 844,36 MW, PLTA Saguling ditopang oleh 7 sub-unit, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit untuk menjaga keandalan pasok listriknya. Sub Unit tersebut antara lain, Sub Unit PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Plengan 6,87 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Lamajan 19,56 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Cikalong 19,20 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Ubrug 18,36 MW (Kab. Sukabumi), Sub Unit PLTA Karacak 18,9 MW (Kab. Bogor), serta Sub Unit PLTA Parakan Kondang 9,9 MW (Kab. Sumedang).
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda