Lapor Pak Jokowi, Ekspor Industri Manufaktur Berhasil Lampaui Target
Rabu, 29 Desember 2021 - 14:48 WIB
"Sedangkan untuk pertumbuhan sektor industri manufaktur memang sempat tertekan minus 2,52% di tahun 2020 dan alhamdulillah kembali bergairah pada tahun 2021. Angka pertumbuhannya meningkat signifikan di triwulan II/2021 sebesar 6,91% year-on-year sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat bangkit 7,07% year-on-year," bebernya.
Meskipun demikian, Agus mengatakan bahwa pertumbuhan sektor industri manufaktur pada Triwulan III/tahun 2021 kembali turun ke angka 4,2% , meski angka ini masih lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 3,51%.
Lanjut, di samping baseline effect yang terjadi pada Triwulan II, penurunan pertumbuhan industri manufaktur pada Triwulan III, dikatakan Agus bahwa itu disebabkan oleh eskalasi pandemi Covid-19 khususnya varian Delta.
Seperti yang diketahui bersama pada Juli sampai Agustus 2021 menyebabkan pemerintah harus menerbitkan kebijakan PPKM darurat dan PPKM level 1 sampai dengan 4 yang mengganggu operasionalitas dan mobilitas dari kegiatan industri.
Dinamika serupa juga kita bisa lihat dari Purchasing Managers Index (PMI). Setelah sempat limbung akibat pembatasan aktifitas masyarakat termasuk di sektor industri manufaktur pada 2020, PMI manufaktur perlahan-lahan dan kembali kepada level ekspansif.
Agus menyebut, angka PMI di sepanjang tahun 2021 secara umum berada pada level ekspansif, kecuali pada Juli dan Agustus akibat pembatasan aktifitas di masa PPKM darurat dan PPKN level 4.
"Di luar itu, PMI manufaktur Indonesia bahkan beberapa kali berhasil mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni pada bulan Maret 53,2 kemudian April 54,6, pada bulan Mei 55,3 dan bahkan pada bulan Oktober 57,2. Posisi ekspansif ini posisi di atas 50. Kami yakini juga akan tercatat pada Desember 2021," tukas Agus.
Baca Juga
Meskipun demikian, Agus mengatakan bahwa pertumbuhan sektor industri manufaktur pada Triwulan III/tahun 2021 kembali turun ke angka 4,2% , meski angka ini masih lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 3,51%.
Lanjut, di samping baseline effect yang terjadi pada Triwulan II, penurunan pertumbuhan industri manufaktur pada Triwulan III, dikatakan Agus bahwa itu disebabkan oleh eskalasi pandemi Covid-19 khususnya varian Delta.
Seperti yang diketahui bersama pada Juli sampai Agustus 2021 menyebabkan pemerintah harus menerbitkan kebijakan PPKM darurat dan PPKM level 1 sampai dengan 4 yang mengganggu operasionalitas dan mobilitas dari kegiatan industri.
Dinamika serupa juga kita bisa lihat dari Purchasing Managers Index (PMI). Setelah sempat limbung akibat pembatasan aktifitas masyarakat termasuk di sektor industri manufaktur pada 2020, PMI manufaktur perlahan-lahan dan kembali kepada level ekspansif.
Agus menyebut, angka PMI di sepanjang tahun 2021 secara umum berada pada level ekspansif, kecuali pada Juli dan Agustus akibat pembatasan aktifitas di masa PPKM darurat dan PPKN level 4.
"Di luar itu, PMI manufaktur Indonesia bahkan beberapa kali berhasil mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni pada bulan Maret 53,2 kemudian April 54,6, pada bulan Mei 55,3 dan bahkan pada bulan Oktober 57,2. Posisi ekspansif ini posisi di atas 50. Kami yakini juga akan tercatat pada Desember 2021," tukas Agus.
(akr)
tulis komentar anda