Airlangga Mencemaskan Rupiah Terlalu Kuat, Ini Jawaban Gubernur BI
Rabu, 10 Juni 2020 - 12:34 WIB
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menanggapi kekhawatiran Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto terhadap nilai tukar rupiah yang menurutnya terlalu kuat. Menko Airlangga mengatakan, rupiah terlalu kuat jadi berdampak terhadap daya saing dan menurutnya BI harus melakukan adjust sedikit.
Merespons hal itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penguatan atau pelemahan nilai tukar rupiah sangat tergantung faktor fundamental dan teknikal. "Faktor fundamental yang mendorong penguatan rupiah antara lain, rendahnya inflasi, defist transaksi berjalan yang aman, serta penurunan perbedan suku bunga yield dengan US Treasury," ujar Perry di Jakarta, Rabu (10/6/2020).
( )
Sambung dia menerangkan, faktor teknikal yang berpengaruh terhadap pergerakan rupiah, yaitu level premi risiko atau credit default swap (CSD) yang sempat meroket ketika terjadi kepanikan global pada pertengahan hingga akhir Maret 2020. "Level CDS Indonesia saat ini tercatat 110, meskipun belum kembali ke level sebelum wabah Covid-19, yaitu 68," katanya.
Dia menambahkan seca a fundamental tukar rupiah masih undervalue. Namun BI akan terus menggenjot premi risiko agar lebih baik. "Kita menimbang nilai tukar rupiah tetap baik untuk ekspor dan kebutuhan lainnya," tandasnya.
Sebelumnya Airlangga Hartarto mengapresiasi kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia untuk menstabilkan rupiah. Pergerakan nilai tukar rupiah terus berangsur menguat, tembus di bawah Rp14.000 terhadap dollar AS dan berimbas mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) yang kini juga sudah di atas 5.000.
Tekait dengan dolar, ini menunjukkan operasi moneter gubernur BI baik. Namun, rupiah agak sedikit kuat, jadi daya saing kita agak alarming. Jadi kekuatan Pak Gubernur harus di-adjust sedikit," ujar Menko Perekonomian.
Merespons hal itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penguatan atau pelemahan nilai tukar rupiah sangat tergantung faktor fundamental dan teknikal. "Faktor fundamental yang mendorong penguatan rupiah antara lain, rendahnya inflasi, defist transaksi berjalan yang aman, serta penurunan perbedan suku bunga yield dengan US Treasury," ujar Perry di Jakarta, Rabu (10/6/2020).
( )
Sambung dia menerangkan, faktor teknikal yang berpengaruh terhadap pergerakan rupiah, yaitu level premi risiko atau credit default swap (CSD) yang sempat meroket ketika terjadi kepanikan global pada pertengahan hingga akhir Maret 2020. "Level CDS Indonesia saat ini tercatat 110, meskipun belum kembali ke level sebelum wabah Covid-19, yaitu 68," katanya.
Dia menambahkan seca a fundamental tukar rupiah masih undervalue. Namun BI akan terus menggenjot premi risiko agar lebih baik. "Kita menimbang nilai tukar rupiah tetap baik untuk ekspor dan kebutuhan lainnya," tandasnya.
Sebelumnya Airlangga Hartarto mengapresiasi kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia untuk menstabilkan rupiah. Pergerakan nilai tukar rupiah terus berangsur menguat, tembus di bawah Rp14.000 terhadap dollar AS dan berimbas mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) yang kini juga sudah di atas 5.000.
Tekait dengan dolar, ini menunjukkan operasi moneter gubernur BI baik. Namun, rupiah agak sedikit kuat, jadi daya saing kita agak alarming. Jadi kekuatan Pak Gubernur harus di-adjust sedikit," ujar Menko Perekonomian.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda