95 Persen Pedagang Pasar Sudah Divaksin, Kini Menunggu Booster
Kamis, 27 Januari 2022 - 12:36 WIB
“Para pedagang pasar sudah terinformasi dan sadar bahwa vaksinasi itu adalah sesuatu yang harus dilakukan. Kalau balik ke awal, Asparindo itu mendapat surat dari Kemenkes terkait vaksinasi karena banyak sekali hoaks seputar vaksinasi. Lalu kami melakukan pilot project di sejumlah pasar dan pada hari pertama tidak banyak yang datang. Baru pada hari ke-5 dan seterusnya, pedagang pasar baru mau melakukan vaksinasi. Ini terjadi karena hoaks yang memang sangat banyak sekali di awal-awal vaksinasi,” kata Suhendro.
Secara umum tren positif tersebut membuat cakupan vaksinasi pada kalangan pedagang pasar membaik. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan cakupan vaksinasi pada survei tahap 1 (baru 32,4% responden yang melengkapi dosis vaksin kedua) dan survei tahap 2 (78,2% responden yang melengkapi dosis kedua) dari rangkaian Survei Informasi dan Kesediaan Vaksinasi Katadata Insight Center.
Survei untuk memonitor perilaku dan sikap pedagang pasar dilakukan dua kali, sebelum sosialisasi dan setelah sosialiasi. Survei Informasi dan Kesediaan Vaksinasi Tahap 2 dilakukan terhadap 1.061 responden pedagang pasar dari seluruh Indonesia dengan teknik pengambilan sampel non-probability sampling. Survei ini dilakukan pada November 2021 dengan metode survei online. Sedangkan survei tahap 1 dilakukan pada Juni 2021 dengan metode yang sama.
Mulai Jarang Cuci Tangan & Jaga Jarak
Survei juga mengukur mengenai penerapan protokol kesehatan di kalangan pedagang. Tindakan pencegahan yang mayoritas dilakukan pedagang adalah menggunakan masker (96,7%). Persentase pedagang yang menyatakan mengenakan masker saat di tempat umum naik tipis dibanding 4-5 sebelumnya (95,9%).
Di antara sejumlah praktik prokes yang ditanyakan dalam survei, ditemukan bila kebiasaan mencuci tangan dan menjaga jarak mengalami penurunan dibandingkan saat responden mengisi survei sebelumnya.
Survei juga menangkap bila hoaks vaksinasi Covid-19 masih beredar di kalangan pedagang. Missinformasi vaksin sebagai obat paling banyak dipercaya. Diikuti “vaksin tak diperlukan jika menjaga pola hidup sehat.” Informasi vaksin menyebabkan meninggal dunia juga paling banyak didengar atau sampai di pedagang, namun hanya 9,8% yang percaya. Diikuti isu halal-haram vaksin.
“Kami memonitor hoaks yang beredar dan lalu membuat cek fakta atas hoaks tersebut, lalu kembali mendistribusikan fakta sebenarnya kepada pedagang. Ini upaya kami turut berpartisipasi dalam mendukung vaksinasi,” tutup Vivi.
Secara umum tren positif tersebut membuat cakupan vaksinasi pada kalangan pedagang pasar membaik. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan cakupan vaksinasi pada survei tahap 1 (baru 32,4% responden yang melengkapi dosis vaksin kedua) dan survei tahap 2 (78,2% responden yang melengkapi dosis kedua) dari rangkaian Survei Informasi dan Kesediaan Vaksinasi Katadata Insight Center.
Survei untuk memonitor perilaku dan sikap pedagang pasar dilakukan dua kali, sebelum sosialisasi dan setelah sosialiasi. Survei Informasi dan Kesediaan Vaksinasi Tahap 2 dilakukan terhadap 1.061 responden pedagang pasar dari seluruh Indonesia dengan teknik pengambilan sampel non-probability sampling. Survei ini dilakukan pada November 2021 dengan metode survei online. Sedangkan survei tahap 1 dilakukan pada Juni 2021 dengan metode yang sama.
Mulai Jarang Cuci Tangan & Jaga Jarak
Survei juga mengukur mengenai penerapan protokol kesehatan di kalangan pedagang. Tindakan pencegahan yang mayoritas dilakukan pedagang adalah menggunakan masker (96,7%). Persentase pedagang yang menyatakan mengenakan masker saat di tempat umum naik tipis dibanding 4-5 sebelumnya (95,9%).
Di antara sejumlah praktik prokes yang ditanyakan dalam survei, ditemukan bila kebiasaan mencuci tangan dan menjaga jarak mengalami penurunan dibandingkan saat responden mengisi survei sebelumnya.
Survei juga menangkap bila hoaks vaksinasi Covid-19 masih beredar di kalangan pedagang. Missinformasi vaksin sebagai obat paling banyak dipercaya. Diikuti “vaksin tak diperlukan jika menjaga pola hidup sehat.” Informasi vaksin menyebabkan meninggal dunia juga paling banyak didengar atau sampai di pedagang, namun hanya 9,8% yang percaya. Diikuti isu halal-haram vaksin.
“Kami memonitor hoaks yang beredar dan lalu membuat cek fakta atas hoaks tersebut, lalu kembali mendistribusikan fakta sebenarnya kepada pedagang. Ini upaya kami turut berpartisipasi dalam mendukung vaksinasi,” tutup Vivi.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda