Pengusaha Batu Bara RI Menuai Rezeki Nomplok dari Meningkatnya Permintaan

Selasa, 08 Februari 2022 - 09:47 WIB
Pengusaha batu bara Indonesia mendapatkan rezeki nomplok seiring meningkatnya permintaan dan lonjakan harga. Foto/Dok
JAKARTA - Pengusaha batu bara Indonesia mendapatkan rezeki nomplok seiring meningkatnya permintaan dan lonjakan harga. Sentimen akhirnya tahun lalu seperti pasokan batu bara China yang terganggu oleh cuaca dingin dan konflik dengan Australia, memicu peningkatan permintaan.

Harga batu bara melonjak ke level tertinggi sepanjang masa, membuat produsen batu bara Indonesia seperti mendapatkan rezeki nomplok. "Hasil keuangan penambang batubara membaik sejalan dengan kenaikan harga batubara. Kondisi ini mengangkat harga saham perusahaan batu bara," kata Dessy Lapagu, analis Samuel Sekuritas Indonesia seperti dilansir Forbes.



Pendapatan Adaro Energy naik lebih dari 30% dalam sembilan bulan pertama di 2021 menjadi USD2,6 miliar atau setara dengan Rp37,29 triliun (Kurs Rp14.343 per USD) dari tahun sebelumnya. Sementara Ebitda operasional tumbuh 70% menjadi USD1,2 miliar. Lonjakan 38% dalam saham Adaro selama 12 bulan terakhir telah meningkatkan kekayaan para pemangku kepentingan di dalamnya



CEO Garibaldi Thohir melihat kekayaan bersihnya meningkat 58% menjadi USD2,6 miliar, Komisaris Utama Edwin Soeryadjaya meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi USD1,51 miliar, Wakil Presiden Komisaris Theodore Rachmat juga bertambah sebesar 78% menjadi USD2,84 miliar. Sedangkan Komisaris dewan, Arini Subianto mendapatkan sebesar 60% menjadi USD975 juta.

Namun, lonjakan harga batu bara belum menyusutkan rencana Adaro untuk melakukan diversifikasi menjadi energi bersih. "Dalam 10 tahun ke depan, saya berharap energi terbarukan dapat mencapai 50% dari aliran pendapatan perusahaan," kata Boy Thohir, sapaan akrab Garibaldi.

Pendiri Harum Energy, Kiki Barki kembali ke daftar orang terkaya Indonesia setelah harga saham produsen batu bara itu naik empat kali lipat untuk mengangkat kekayaan bersihnya menjadi USD1,6 miliar. Kenaikan saham dimulai pada pertengahan 2020 setelah Harum mengakuisisi 3,2% saham di Nickel Mines yang terdaftar di Australia, yang sejak itu meningkat menjadi 6,7%.

Sementara beberapa penambang batu bara telah melakukan diversifikasi untuk mengantisipasi berkurangnya prospek bahan bakar fosil, Hendra Sinadia selaku Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia mengatakan, masih terlalu dini untuk menghapus komoditas tersebut.

"Saya berharap permintaan dari generator listrik akan tetap kuat setidaknya dalam empat dekade ke depan mengingat itu masih merupakan bahan bakar yang paling terjangkau untuk listrik," katanya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More