Tantangan Global Masih Tinggi, Fokus Amunisi Fiskal Jadi Kunci Kejar Target Ekonomi

Rabu, 09 Februari 2022 - 19:03 WIB
Tantangan Global Masih Tinggi Mengejar Target Ekonomi Tahun Ini. FOTO/iStock Photo
JAKARTA - Tantangan global yang dihadapi Indonesia masih tinggi mengejar pertumbuhan ekonomi 5,2% tahun ini. Target tersebut sulit dicapai jika amunisi fiskal yang disediakan tidak fokus pada pemulihan ekonomi.

Selain pandemi, tantangan harga minyak dunia yang nyaris menembus USD100 per barel serta kenaikan permintaan sejumlah komoditas berpotensi meningkatkan laju inflasi. Sebab itu, pemerintah perlu mengatasi sejumlah tantangan global dalam usaha mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini.

"Target pertumbuhan ekonomi 5% tahun 2022 akan sulit dicapai jika beberapa bulan ke depan masih ada peningkatan kasus," kata Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto saat temu virtual bertajuk "Kebijakan Tak Fokus, Pemulihan Pupus: Tanggapan terhadap Kinerja Ekonomi 2021", di Jakarta, baru-baru ini.



Menurut dia salah satu tantangan tersebut ialah mengendalikan penyebaran varian Omicron yang masif. Pasalnya, di tingkat global Omicron terbukti memperlambat pertumbuhan ekonomi di banyak negara.



Secara umum, tantangan global masih tinggi dalam tiga tahun ke depan sehingga upaya pemulihan ekonomi harus lebih ekstra. Indef mendorong perbaikan kualitas belanja pemerintah hingga soal eksekusi anggaran yang lebih tepat. Berdasarkan catatan Indef, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hanya berdampak 1,36% terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan efektivitas kebijakan stimulus fiskal oleh pemerintah dan sinergi yang baik antarotoritas dalam menjaga stabilitas dan percepatan pemulihan ekonomi menjadi faktor utama menjaga keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional.

"Pengendalian pandemi harus didukung partisipasi masyarakat dalam hal protokol kesehatan, serta vaksinasi menjadi salah satu faktor penting mendorong pemulihan ekonomi nasional," kata dia.

Senada juga dikatakan Direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama. Menurut dia, hal yang terpenting saat ini ialah pencegahan dan penguatan 3T, serta perluasan cakupan vaksinasi. "Vaksinasi terbukti bermanfaat untuk mencegah pasien yang terinfeksi Omicron bergejala berat dan masuk rumah sakit," kata dia.



Dia mengatakan penularan varian Omicron yang sangat cepat. Namun spektrumnya memang sebagian besar bergejala ringan hampir 80%, meski sampai 20% ada juga yang bergejala sedang, berat bahkan ada yang sampai meninggal dunia.

"Amerika sudah membandingkan data antara kasus Omicron dan Delta, dan perbandingannya kasus 5 kali lebih banyak dari Delta. Karena jumlahnya lima kali lebih banyak, pasien rumah sakit menjadi 1,8 kali lebih banyak daripada kasus Delta," kata dia.
(nng)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More