Rusia-Ukraina Kontak Senjata, Harga Minyak Mentah Bisa Tembus USD 130 per Barel
Kamis, 24 Februari 2022 - 16:49 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah dunia diprediksi terus melambung seiring pecahnya kontak senjata antara Rusia dan Ukraina . Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan memproyeksikan harga minyak dunia bisa menyentuh USD120-130 per barel pada tahun ini.
"Banyak yang meramalkan kenaikan harga tahun ini akan mencapai di USD120-130 per barel. Estimasi saya juga demikian. Harga minyak akan berada di kisaran tersebut seiring konflik yang semakin memanas," bebernya kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (24/2/2022).
Adapun hingga pukul 11.11 WIB hari ini, harga minyak mentah Brent naik 3,33% menjadi USD97,18 atau nyaris menyentuh USD100. Lalu, untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak 3,57% menjadi USD95,39 per barel.
Konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina berimbas kepada harga minyak dunia karena Rusia adalah produsen minyak terbesar ke dunia yang menjual sebagian besar produksinya ke Eropa. Rusia juga merupakan pemasok gas alam terbesar di Eropa yang memasok 35% dari persediaannya.
Mamit melanjutkan, untuk Indonesia, terdapat untung dan rugi atas naiknya harga minyak mentah ini. Keuntungannya, sektor hulu migas akan mengalami pertumbuhan yang baik.
"Dengan kenaikan ini maka ICP (harga minyak mentah Indonesia) kita akan mengalami kenaikan di atas asumsi APBN 2022. Hal ini akan meningkatan pendapatan negara dari hulu migas baik dari PNBP maupun dari pajak lainnya," urainya.
Selain itu, kenaikan harga minyak mentah ini bisa memacu kinerja hulu migas, demikian pula pendapatannya. Namun, bagi sektor hilir, harga minyak mentah yang naik akan berdampak pada membengkaknya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Untuk hilir, pastinya ini akan semakin memberatkan. Kenaikan harga minyak yang diimbangi dengan kenaikan ICP maka akan menambah beban subsidi bagi sektor energi. Harga listrik dan BBM akan meningkatkan beban subsidi. Selain itu, harga BBM umum non subsidi juga akan mengalami kenaikan," paparnya.
"Banyak yang meramalkan kenaikan harga tahun ini akan mencapai di USD120-130 per barel. Estimasi saya juga demikian. Harga minyak akan berada di kisaran tersebut seiring konflik yang semakin memanas," bebernya kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (24/2/2022).
Adapun hingga pukul 11.11 WIB hari ini, harga minyak mentah Brent naik 3,33% menjadi USD97,18 atau nyaris menyentuh USD100. Lalu, untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak 3,57% menjadi USD95,39 per barel.
Konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina berimbas kepada harga minyak dunia karena Rusia adalah produsen minyak terbesar ke dunia yang menjual sebagian besar produksinya ke Eropa. Rusia juga merupakan pemasok gas alam terbesar di Eropa yang memasok 35% dari persediaannya.
Mamit melanjutkan, untuk Indonesia, terdapat untung dan rugi atas naiknya harga minyak mentah ini. Keuntungannya, sektor hulu migas akan mengalami pertumbuhan yang baik.
"Dengan kenaikan ini maka ICP (harga minyak mentah Indonesia) kita akan mengalami kenaikan di atas asumsi APBN 2022. Hal ini akan meningkatan pendapatan negara dari hulu migas baik dari PNBP maupun dari pajak lainnya," urainya.
Selain itu, kenaikan harga minyak mentah ini bisa memacu kinerja hulu migas, demikian pula pendapatannya. Namun, bagi sektor hilir, harga minyak mentah yang naik akan berdampak pada membengkaknya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Untuk hilir, pastinya ini akan semakin memberatkan. Kenaikan harga minyak yang diimbangi dengan kenaikan ICP maka akan menambah beban subsidi bagi sektor energi. Harga listrik dan BBM akan meningkatkan beban subsidi. Selain itu, harga BBM umum non subsidi juga akan mengalami kenaikan," paparnya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda