Harga Daging Sapi Tembus Rp140.000/Kg, Pedagang: Apa Kata Australia, Importir Ikut
Selasa, 01 Maret 2022 - 12:42 WIB
JAKARTA - Ketua Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi) Asnawi mengatakan, kenaikan harga daging sapi di dalam negeri disebabkan karena harga di Australia yang tinggi, serta kurangnya pasokan dari negara tersebut.
"Masalahnya di Australia, daging sapi sudah mengalami kenaikan harga. Cuma persoalannya, Indonesia ini menjadi pasar dunia yang dikuasai hanya satu negara eksportir sapi, yakni Australia. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, apa kata mereka (Australia), pihak importir ngikut aja," terang Asnawi saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Selasa (1/3/2022).
Lanjut Asnawi menjelaskan, kebutuhan sapi siap potong di tiga provinsi di Indonesia yaitu Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, 93% di antaranya berasal dari Australia. Sementara dari sapi lokal hanya 7%.
"Dari tingginya kebutuhan sapi impor itu, persoalannya, pasokan sapi dari Australia berkurang karena pengurangan kapasitas ekspor di negara itu yang mestinya 80 persen menjadi hanya 44 persen," ujarnya.
Penurunan kapasitas ekspor tersebut, diungkapkan Asnawi karena Produksi sapi di Australia belum sepenuhnya pulih 100%. "Pertumbuhan sapi belum normal seperti biasanya. Makanya harga daging sapi di beberapa wilayah jadi lebih mahal," tuturnya.
Dia menyebut, pedagang daging sapi di dalam negeri sudah mengalami kenaikan harga sapi sejak Desember 2021. Adapun kenaikannya sekitar 7 persen-20 persen.
Sebagai informasi, harga daging sapi di pasaran melonjak hingga tembus Rp140.000 per kilogram. Padahal, harga normal yang dijajal pedagang pasar tradisional hanya Rp 120.000 per kilogram.
"Masalahnya di Australia, daging sapi sudah mengalami kenaikan harga. Cuma persoalannya, Indonesia ini menjadi pasar dunia yang dikuasai hanya satu negara eksportir sapi, yakni Australia. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, apa kata mereka (Australia), pihak importir ngikut aja," terang Asnawi saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Selasa (1/3/2022).
Lanjut Asnawi menjelaskan, kebutuhan sapi siap potong di tiga provinsi di Indonesia yaitu Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, 93% di antaranya berasal dari Australia. Sementara dari sapi lokal hanya 7%.
"Dari tingginya kebutuhan sapi impor itu, persoalannya, pasokan sapi dari Australia berkurang karena pengurangan kapasitas ekspor di negara itu yang mestinya 80 persen menjadi hanya 44 persen," ujarnya.
Penurunan kapasitas ekspor tersebut, diungkapkan Asnawi karena Produksi sapi di Australia belum sepenuhnya pulih 100%. "Pertumbuhan sapi belum normal seperti biasanya. Makanya harga daging sapi di beberapa wilayah jadi lebih mahal," tuturnya.
Baca Juga
Dia menyebut, pedagang daging sapi di dalam negeri sudah mengalami kenaikan harga sapi sejak Desember 2021. Adapun kenaikannya sekitar 7 persen-20 persen.
Sebagai informasi, harga daging sapi di pasaran melonjak hingga tembus Rp140.000 per kilogram. Padahal, harga normal yang dijajal pedagang pasar tradisional hanya Rp 120.000 per kilogram.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda