Hati-hati, Kenaikan Harga Minyak Dunia Tingkatkan Ketidakpastian
Kamis, 03 Maret 2022 - 20:52 WIB
JAKARTA - Harga minyak dunia sepanjang tahun 2021 lalu meningkat. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, kenaikan harga minyak dunia sepanjang 2021 mencapai 69,5%.
Tren kenaikan tak berhenti di mana memasuki awal tahun 2022 harga minyak justru terus meningkat. Berkecamuknya perang Rusia-Ukraina bahkan mempercepat kenaikan harga minyak secara signifikan dipicu oleh kekhawatiran soal pasokan.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, kenaikan harga minyak dunia sejatinya dipicu oleh mulai tumbuhnya perekonomian global, setelah 2 tahun dihantam pandemi Covid-19. Ditambah dengan masih ketatnya produksi kartel minyak OPEC dan sekutunya ( OPEC+ ), kenaikan harga minyak tak terhindarkan.
"Dengan mulai tumbuhnya perekonomian global, maka hal ini akan berpengaruh terhadap suplai dan demand minyak dunia. Sepanjang 2020, konsumsi minyak dunia hanya 88,5 juta barel per hari (bph), sedangkan di tahun 2021 meningkat signifikan menjadi 96,2 juta bph," jelas Mamit dalam keterangannya, Kamis (3/3/2022).
Tahun ini, lanjut dia, konsumsi minyak dunia diperkirakan mencapai 99,53 juta bph, menyamai konsumsi di tahun 2019 sebelum pandemi terjadi. Hal ini, tegad Mamit, bisa menimbulkan ketidakpastian ekonomi secara global.
"Tinggal bagaimana suplainya? Di tengah OPEC+ yang masih menahan diri untuk memompa lebih banyak lagi minyak mereka. Apalagi, Rusia sebagai anggota OPEC+ saat ini sedang berkonflik. Hal ini bisa menimbulkan ketidakpastian pasokan dan pertumbuhan ekonomi secara global," tandasnya.
Dengan kenaikan harga minyak dunia saat ini, bisa dipastikan ongkos produksi produk energi seperti bahan bakar minyak (BBM) dan LPG juga akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dipastikan bakal diikuti dengan kenaikan produk-produk lainnya karena BBM dan LPG adalah sumber energi primer untuk banyak produk lain.
"Tidak bisa dimungkiri, kita harus mewaspadai efek domino dari kenaikan harga minyak dunia saat ini. Tidak melulu bicara BBM dan LPG, tetapi juga produk turunan yang di hasilkan karena ada peningkatan ongkos produksi. Kenaikan ini bisa menimbulkan inflasi, ini mesti diwaspadai," jelasnya.
Tren kenaikan tak berhenti di mana memasuki awal tahun 2022 harga minyak justru terus meningkat. Berkecamuknya perang Rusia-Ukraina bahkan mempercepat kenaikan harga minyak secara signifikan dipicu oleh kekhawatiran soal pasokan.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, kenaikan harga minyak dunia sejatinya dipicu oleh mulai tumbuhnya perekonomian global, setelah 2 tahun dihantam pandemi Covid-19. Ditambah dengan masih ketatnya produksi kartel minyak OPEC dan sekutunya ( OPEC+ ), kenaikan harga minyak tak terhindarkan.
"Dengan mulai tumbuhnya perekonomian global, maka hal ini akan berpengaruh terhadap suplai dan demand minyak dunia. Sepanjang 2020, konsumsi minyak dunia hanya 88,5 juta barel per hari (bph), sedangkan di tahun 2021 meningkat signifikan menjadi 96,2 juta bph," jelas Mamit dalam keterangannya, Kamis (3/3/2022).
Tahun ini, lanjut dia, konsumsi minyak dunia diperkirakan mencapai 99,53 juta bph, menyamai konsumsi di tahun 2019 sebelum pandemi terjadi. Hal ini, tegad Mamit, bisa menimbulkan ketidakpastian ekonomi secara global.
"Tinggal bagaimana suplainya? Di tengah OPEC+ yang masih menahan diri untuk memompa lebih banyak lagi minyak mereka. Apalagi, Rusia sebagai anggota OPEC+ saat ini sedang berkonflik. Hal ini bisa menimbulkan ketidakpastian pasokan dan pertumbuhan ekonomi secara global," tandasnya.
Dengan kenaikan harga minyak dunia saat ini, bisa dipastikan ongkos produksi produk energi seperti bahan bakar minyak (BBM) dan LPG juga akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dipastikan bakal diikuti dengan kenaikan produk-produk lainnya karena BBM dan LPG adalah sumber energi primer untuk banyak produk lain.
"Tidak bisa dimungkiri, kita harus mewaspadai efek domino dari kenaikan harga minyak dunia saat ini. Tidak melulu bicara BBM dan LPG, tetapi juga produk turunan yang di hasilkan karena ada peningkatan ongkos produksi. Kenaikan ini bisa menimbulkan inflasi, ini mesti diwaspadai," jelasnya.
tulis komentar anda