Bisakah Kenaikan Harga Pertalite Ditahan? Ini Kata Ekonom
Sabtu, 12 Maret 2022 - 16:31 WIB
JAKARTA - Keputusan pemerintah menahan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dinilai sudah tepat. Pasalnya, kenaikan harga BBM yang konsumsinya mencapai 50% dari total konsumsi BBM nasional ini pasti akan memengaruhi daya beli masyarakat dan laju inflasi.
Dengan melambungnya harga minyak mentah dunia saat ini, harga keekonomian Pertalite diperkirakan sudah di atas Rp11.500 per liter. Dengan harga jual Pertalite hanya Rp7.650 per liter, saat ini Pertamina harus menanggung selisih harga sebesar Rp3.850 per liter.
"Untuk mengendalikan inflasi, ya dengan tidak menaikkan harga Pertalite ini. Hanya saja, Pertamina sebagai badan usaha harus mendapatkan dana kompensasi tambahan dari pemerintah, karena Peralite bukan BBM penugasan," kata Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Jumat (11/3/2022).
Bhima menilai, untuk menahan harga BBM non-subsidi ini sangat bisa dilakukan dengan mengalokasikan dana kompensasi melalui skema APBN. Dana kompensasi itu menurutnya bisa diperoleh dari keuntungan tak terduga (windfall profit) dari booming-nya harga komoditas.
Berdasarkan kajiannya, kata Bhima, ketika harga minyak mentah mencapai USD127 per barel, ada tambahan pendapatan negara dalam bentuk pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp192 triliun.
"Pendapatan langsung naik, jadi APBN punya ruang untuk menahan kenaikan harga Pertalite. Bahkan, Pertamax juga bisa ditahan kenaikan harganya meski harga minyak mentah sedang liar," tandasnya.
Jika pemerintah masih kesulitan menambal selisih harga keekonomian dan harga jual BBM, lanjut Bhima, opsi lainnya adalah merealokasi anggaran infrastruktur.
"Antara pembangunan IKN dan menjaga stabilitas harga di masyarakat pastinya lebih prioritas menjaga stabilitas harga kan?" ujarnya.
Kendati harga minyak dunia terus mengalami kenaikan, BBM jenis Pertalite masih dijual dengan harga lama. Sejauh ini Pertamina hanya menaikkan harga tiga jenis BBM, yakni Pertamina Turbo, Pertadex dan Dexlite untuk merespons melonjaknya harga minyak dunia yang sempat melonjak menyentuh USD130 per barel.
Perkembangan harga minyak dan komoditas lainnya belakangan ini menjadi perhatian serius pemerintah. Presiden Joko Widodo bahkan menanyakan secara langsung kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani ikhwal kemampuan APBN untuk menahan harga BBM di tengah melonjaknya harga minyak mentah dunia akibat imbas perang Rusia-Ukraina.
Dengan melambungnya harga minyak mentah dunia saat ini, harga keekonomian Pertalite diperkirakan sudah di atas Rp11.500 per liter. Dengan harga jual Pertalite hanya Rp7.650 per liter, saat ini Pertamina harus menanggung selisih harga sebesar Rp3.850 per liter.
"Untuk mengendalikan inflasi, ya dengan tidak menaikkan harga Pertalite ini. Hanya saja, Pertamina sebagai badan usaha harus mendapatkan dana kompensasi tambahan dari pemerintah, karena Peralite bukan BBM penugasan," kata Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Jumat (11/3/2022).
Bhima menilai, untuk menahan harga BBM non-subsidi ini sangat bisa dilakukan dengan mengalokasikan dana kompensasi melalui skema APBN. Dana kompensasi itu menurutnya bisa diperoleh dari keuntungan tak terduga (windfall profit) dari booming-nya harga komoditas.
Berdasarkan kajiannya, kata Bhima, ketika harga minyak mentah mencapai USD127 per barel, ada tambahan pendapatan negara dalam bentuk pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp192 triliun.
"Pendapatan langsung naik, jadi APBN punya ruang untuk menahan kenaikan harga Pertalite. Bahkan, Pertamax juga bisa ditahan kenaikan harganya meski harga minyak mentah sedang liar," tandasnya.
Baca Juga
Jika pemerintah masih kesulitan menambal selisih harga keekonomian dan harga jual BBM, lanjut Bhima, opsi lainnya adalah merealokasi anggaran infrastruktur.
"Antara pembangunan IKN dan menjaga stabilitas harga di masyarakat pastinya lebih prioritas menjaga stabilitas harga kan?" ujarnya.
Kendati harga minyak dunia terus mengalami kenaikan, BBM jenis Pertalite masih dijual dengan harga lama. Sejauh ini Pertamina hanya menaikkan harga tiga jenis BBM, yakni Pertamina Turbo, Pertadex dan Dexlite untuk merespons melonjaknya harga minyak dunia yang sempat melonjak menyentuh USD130 per barel.
Perkembangan harga minyak dan komoditas lainnya belakangan ini menjadi perhatian serius pemerintah. Presiden Joko Widodo bahkan menanyakan secara langsung kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani ikhwal kemampuan APBN untuk menahan harga BBM di tengah melonjaknya harga minyak mentah dunia akibat imbas perang Rusia-Ukraina.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda