Potensi Ekonomi Digital Capai Rp4.500 Triliun, Tapi Pekerjaan Rumah Masih Banyak
Senin, 21 Maret 2022 - 05:37 WIB
JAKARTA - Di masa pandemi, internet telah menunjukkan jati dirinya sebagai pendorong transformasi digital pada berbagai aktivitas kehidupan manusia sekaligus menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi digital. Tentu saja, hal ini membutuhkan dukungan akses internet yang berkualitas prima dari para penyedia (provider) layanan.
Pasalnya, masyarakat kini menjadi lebih contactless dan cenderung menggunakan layanan yang sifatnya digital. Dan, kini tren perkembangan kebutuhan dan pemanfaatan digital sudah jadi kebutuhan sehari-hari dan terus meningkat.
Mulai dari e-commerce, video conference, video on demand, video streaming, teledoctor, dan lainnya. Belum lagi stream baru seperti enterprise services, VOD, IOT, cyber security, big data, digital advertising dan digital entertainment.
Karena itu, tak berlebihan jika pertumbuhan sektor telekomunikasi Indonesia tahun 2022 dan seterusnya diprediksi akan didorong oleh penetrasi digital platform dan services. Dengan kata lain, ICT dan digital akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan konektivitas.
Saat ini, di Indonesia layanan yang menopang pertumbuhan industri telekomunikasi tidak lain adalah konektivitas berupa peningkatan penggunaan mobile data dan fixed broadband, layanan ICT, serta layanan digital. Untuk konektivitas pada kurun waktu 2020-2024 akan tumbuh sekitar 4%, ICT akan tumbuh lebih tinggi di angka 8%, dan digital tumbuh paling tinggi sampai 12%.
Dengan fakta ini, ke depan, para pelaku industri telekomunikasi di Indonesia akan terus mengembangkan core asset-nya, hingga mengembangkan beragam peluang di bisnis digital , tidak lagi bergantung pada bisnis konektivitas semata.
Apalagi, potensi digital ekonomi Indonesia sangat besar. University Technology Sydney menyebutkan angka Rp 630 triliun, bahkan dalam 8 tahun ke depan bisa menjadi empat kali lipat menjadi Rp4.500 triliun. Ini harus jadi semangat kita semua dalam menjawab tantangan tersebut.
Meski demikian, ada pekerjaan rumah yang belum tuntas hingga saat ini. Tantangan utamanya adalah distribusi internet user belum merata, masih terkonsentrasi di Jawa kemudian pulau-pulau besar di Indonesia. Seharusnya seluruh masyarakat Indonesia bisa merasakan akses internet. Hal ini bisa diatasi jika para pelaku industri telekomunikasi bisa melakukan orkestrasi dalam mendigitalkan ekonomi Indonesia.
Pasalnya, masyarakat kini menjadi lebih contactless dan cenderung menggunakan layanan yang sifatnya digital. Dan, kini tren perkembangan kebutuhan dan pemanfaatan digital sudah jadi kebutuhan sehari-hari dan terus meningkat.
Baca Juga
Mulai dari e-commerce, video conference, video on demand, video streaming, teledoctor, dan lainnya. Belum lagi stream baru seperti enterprise services, VOD, IOT, cyber security, big data, digital advertising dan digital entertainment.
Karena itu, tak berlebihan jika pertumbuhan sektor telekomunikasi Indonesia tahun 2022 dan seterusnya diprediksi akan didorong oleh penetrasi digital platform dan services. Dengan kata lain, ICT dan digital akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan konektivitas.
Saat ini, di Indonesia layanan yang menopang pertumbuhan industri telekomunikasi tidak lain adalah konektivitas berupa peningkatan penggunaan mobile data dan fixed broadband, layanan ICT, serta layanan digital. Untuk konektivitas pada kurun waktu 2020-2024 akan tumbuh sekitar 4%, ICT akan tumbuh lebih tinggi di angka 8%, dan digital tumbuh paling tinggi sampai 12%.
Dengan fakta ini, ke depan, para pelaku industri telekomunikasi di Indonesia akan terus mengembangkan core asset-nya, hingga mengembangkan beragam peluang di bisnis digital , tidak lagi bergantung pada bisnis konektivitas semata.
Apalagi, potensi digital ekonomi Indonesia sangat besar. University Technology Sydney menyebutkan angka Rp 630 triliun, bahkan dalam 8 tahun ke depan bisa menjadi empat kali lipat menjadi Rp4.500 triliun. Ini harus jadi semangat kita semua dalam menjawab tantangan tersebut.
Meski demikian, ada pekerjaan rumah yang belum tuntas hingga saat ini. Tantangan utamanya adalah distribusi internet user belum merata, masih terkonsentrasi di Jawa kemudian pulau-pulau besar di Indonesia. Seharusnya seluruh masyarakat Indonesia bisa merasakan akses internet. Hal ini bisa diatasi jika para pelaku industri telekomunikasi bisa melakukan orkestrasi dalam mendigitalkan ekonomi Indonesia.
tulis komentar anda