Waspada, Seperti ini Dampak Pandemi Terhadap Industri Asuransi Umum
Rabu, 17 Juni 2020 - 09:05 WIB
Hingga saat ini, lini bisnis yang menjadi penopang bisnis asuransi umum kendaraan bermotor menyumbang 25,1%, properti 22,3%, asuransi kredit sebesar 13,6%, dan kecelakaan diri dan kesehatan sebanyak 13,2%. Bila ditotalkan keempat lini bisnis menyumbang 74,2% dari total premi asuransi umum sepanjang kuartal I-2020.
Asuransi properti yang merupakan lini bisnis dengan pangsa pasar terbesar kedua mencatatkan premi Rp4,2 triliun sepanjang kuartal I/2020. Jumlah tersebut menurun 5,2 persen (yoy) atau senilai Rp243,4 miliar dari capaian premi Rp4,66 triliun pada kuartal I/2019.
Adapun, asuransi kendaraan sebagai lini bisnis dengan pangsa pasar terbesar pertama mencatatkan premi Rp4,97 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Capaian itu meningkat Rp231,07 miliar atau 4,9 persen (yoy) dari total premi Rp4,74 triliun pada kuartal I/2019.
Antisipasinya Efisiensi
Dody Dalimunthe menjelaskan, lazimnya peserta asuransi properti adalah korporasi besar. Di saat kondisi bisns turun mereka pun menunda pembayran premi. Akibatnya piutang perusahaan asuransi jadi lebih banyak, dana yang digunakan untuk pencadangan pun makin besar. Inilah yang akhirnya mengganggu kinerja perusahaan asuransi umum.
Buktinya dari sisi laba, perusahan-perusahaan asuransi umum yang tergabung dalam Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, hanya berhasil memungut laba Rp 1,15 triliun di kuartal pertama tahun ini. laba yang berhasil diraih ini jauh menurun dibandingkan laba yang dicapai pada kuartal pertama 2019, sebesar Rp 1,46 triliun. Terjadi penurunan laba di industri asuransi umum sebesar 21,35%.
AAIU juga mencatat loss rasio di kuartal pertama tahun ini sebesar 44,1%. Meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 37,3%. Indikator-indikator inilah yang kemudian menjadi semacam peringatan dini, bahwa industri asuransi umum di tahun ini akan mengalami perlambatan hingga tutup tahun nanti.
Prediksi penurunan di industry asuransi umum tidak bisa dianggap kecil. Dari proyeksi yang dilkukan oleh Trinita Situmeang, didapatkan hasil, penurunan bisnis asuransi umum sebesar minus 15%. Itu merupakan proyeksi dengan kondisi skenario optimis. Proyeksi dengan skenario terburuk mencapai minus 30%.Trinita sendiri sangat berharap penuranan yang terjadi tidak mencapai 30%.
Sebagai gambaran di tahun 2019, total pendapatan premi perusahaan-perusahaan asuransi umum mencapai 79,71 triliun, atau tumbuh 14,41%. Jika tahun ini memang terjadi penurunan seperti yang diproyeksikan oleh AAUI, maka pendapatan premi asuransi umum hanya akan berkisar antara Rp67,75 triliun hingga Rp55,78 triliun.
Artinya wabah Corona membuat industri asuransi umum berpotensi kehilangan pendapatan premi di tahun ini hingga Rp 24 triliun. Jelas ini akan menjadi pukulan telak bagi industri asuransi umum.
Asuransi properti yang merupakan lini bisnis dengan pangsa pasar terbesar kedua mencatatkan premi Rp4,2 triliun sepanjang kuartal I/2020. Jumlah tersebut menurun 5,2 persen (yoy) atau senilai Rp243,4 miliar dari capaian premi Rp4,66 triliun pada kuartal I/2019.
Adapun, asuransi kendaraan sebagai lini bisnis dengan pangsa pasar terbesar pertama mencatatkan premi Rp4,97 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Capaian itu meningkat Rp231,07 miliar atau 4,9 persen (yoy) dari total premi Rp4,74 triliun pada kuartal I/2019.
Antisipasinya Efisiensi
Dody Dalimunthe menjelaskan, lazimnya peserta asuransi properti adalah korporasi besar. Di saat kondisi bisns turun mereka pun menunda pembayran premi. Akibatnya piutang perusahaan asuransi jadi lebih banyak, dana yang digunakan untuk pencadangan pun makin besar. Inilah yang akhirnya mengganggu kinerja perusahaan asuransi umum.
Buktinya dari sisi laba, perusahan-perusahaan asuransi umum yang tergabung dalam Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, hanya berhasil memungut laba Rp 1,15 triliun di kuartal pertama tahun ini. laba yang berhasil diraih ini jauh menurun dibandingkan laba yang dicapai pada kuartal pertama 2019, sebesar Rp 1,46 triliun. Terjadi penurunan laba di industri asuransi umum sebesar 21,35%.
AAIU juga mencatat loss rasio di kuartal pertama tahun ini sebesar 44,1%. Meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 37,3%. Indikator-indikator inilah yang kemudian menjadi semacam peringatan dini, bahwa industri asuransi umum di tahun ini akan mengalami perlambatan hingga tutup tahun nanti.
Prediksi penurunan di industry asuransi umum tidak bisa dianggap kecil. Dari proyeksi yang dilkukan oleh Trinita Situmeang, didapatkan hasil, penurunan bisnis asuransi umum sebesar minus 15%. Itu merupakan proyeksi dengan kondisi skenario optimis. Proyeksi dengan skenario terburuk mencapai minus 30%.Trinita sendiri sangat berharap penuranan yang terjadi tidak mencapai 30%.
Sebagai gambaran di tahun 2019, total pendapatan premi perusahaan-perusahaan asuransi umum mencapai 79,71 triliun, atau tumbuh 14,41%. Jika tahun ini memang terjadi penurunan seperti yang diproyeksikan oleh AAUI, maka pendapatan premi asuransi umum hanya akan berkisar antara Rp67,75 triliun hingga Rp55,78 triliun.
Artinya wabah Corona membuat industri asuransi umum berpotensi kehilangan pendapatan premi di tahun ini hingga Rp 24 triliun. Jelas ini akan menjadi pukulan telak bagi industri asuransi umum.
tulis komentar anda