Dorong Penguatan Industri Sawit Nasional lewat Hasil Penelitian
Rabu, 23 Maret 2022 - 06:58 WIB
JAKARTA - Asosiasi Inventor Indonesia (AII) memfasilitasi 13 'inventor' periset Grand Riset Sawit (GRS) untuk hilirisasi hasil penelitian , yang didanai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Kegiatan tersebut akan digelar secara daring.
"Kami harap kegiatan ini menarik bisa banyak investor baik perusahaan maupun perorangan untuk menjadi mitra inventor dalam komersialisasi hasil penelitian," kata Ketua Umum AII, Prof Didiek Hadjar Goenadi dalam keterangan pers, di Jakarta, Senin (21/3/22).
Hadir dalam kesempatan itu, Wakil Ketua AII, Dr Mochamad Yunus; Sekjen AII, Dr Jonbi; Ketua Bidang Kerja Sama Dr (c) Muhammad Ibnu Fajar; dan Ketua Bidang Keanggotaan, Dr Laksmita Prima Santi.
Didiek menjelaskan, hasil penelitian yang akan dipromosikan melalui webinar pada 30 Maret mendatang seputar manfaat teknologi baru untuk kelapa sawit. Produknya spesifik karena penelitian tersebut selesai didanai BPDPKS sejak 2015 hingga 2019.
Hasil penelitian yang akan dipromosikan sudah sampai tingkat kesiapan terapan teknologi atau Technology Readiness Level (TRL) 7. Itu artinya siap dikomersialisasi, tetapi belum sampai produk jadi. Masih butuh beberapa penelitian lagi untuk sampai TRL tertinggi, yaitu 8-9.
"Ini yang menjadi kendala para inventor dalam komersialisasi produk, berhenti di TRL 7, padahal industri atau investor maunya kerja sama jika hasil penelitian sudah TRL 8-9," kata Prof Didiek yang menganalogkan kondisi TRL 7-8 sebagai lembah kematian (death valley) bagi inventor.
Untuk itu, AII membantu para inventor agar tak terjadi lagi syndrome of the death valley. AII akan mempertemukan para inventor dengan investor untuk hilirisasi produk dalam sebuah webinar pada 30 Maret 2022 agar lolos dari 'syndrome of the death valley' tersebut.
"Kami harap kegiatan ini menarik bisa banyak investor baik perusahaan maupun perorangan untuk menjadi mitra inventor dalam komersialisasi hasil penelitian," kata Ketua Umum AII, Prof Didiek Hadjar Goenadi dalam keterangan pers, di Jakarta, Senin (21/3/22).
Hadir dalam kesempatan itu, Wakil Ketua AII, Dr Mochamad Yunus; Sekjen AII, Dr Jonbi; Ketua Bidang Kerja Sama Dr (c) Muhammad Ibnu Fajar; dan Ketua Bidang Keanggotaan, Dr Laksmita Prima Santi.
Didiek menjelaskan, hasil penelitian yang akan dipromosikan melalui webinar pada 30 Maret mendatang seputar manfaat teknologi baru untuk kelapa sawit. Produknya spesifik karena penelitian tersebut selesai didanai BPDPKS sejak 2015 hingga 2019.
Hasil penelitian yang akan dipromosikan sudah sampai tingkat kesiapan terapan teknologi atau Technology Readiness Level (TRL) 7. Itu artinya siap dikomersialisasi, tetapi belum sampai produk jadi. Masih butuh beberapa penelitian lagi untuk sampai TRL tertinggi, yaitu 8-9.
"Ini yang menjadi kendala para inventor dalam komersialisasi produk, berhenti di TRL 7, padahal industri atau investor maunya kerja sama jika hasil penelitian sudah TRL 8-9," kata Prof Didiek yang menganalogkan kondisi TRL 7-8 sebagai lembah kematian (death valley) bagi inventor.
Untuk itu, AII membantu para inventor agar tak terjadi lagi syndrome of the death valley. AII akan mempertemukan para inventor dengan investor untuk hilirisasi produk dalam sebuah webinar pada 30 Maret 2022 agar lolos dari 'syndrome of the death valley' tersebut.
tulis komentar anda