PLN Pamer Susutkan Utang Rp51 Triliun Sepanjang Periode 2020-2021
Senin, 28 Maret 2022 - 14:08 WIB
JAKARTA - Direktur Utama PT PLN , Darmawan Prasodjo mengklaim, perusahaan telah melunasi utang sejumlah Rp51 triliun selama periode 2020-2021. Hal ini disampaikan Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Senin (28/3/2022).
"Dengan bangga kami umumkan, PLN mampu melakukan upaya pelunasan utang yang dipercepat, yaitu Rp30,8 triliun pada 2020 dan Rp21,7 triliun pada 2021," ujar Dirut PLN , Darmawan.
Lebih lanjut, pemangkasan utang ini terdiri dari pokok utang tersebut maupun bunganya. Dengan pembayaran lebih awal ini, disebutkan biaya operasi PLN turun hingga Rp 5 triliun sampai September 2021.
"Biaya operasional kami turun Rp 5 triliun pada beban keuangan sampai September 2021," ungkapnya.
Untuk itu, lanjutnya, pencapaian kinerja September 2021 lebih baik dari September 2020. Dengan usaha-usaha yang dilakukan, pendapatan usaha stabil dan operasi PLN lebih efisien.
"Kemudian rasio keuangan utama meningkat, cash flow operasi lebih tinggi, EBITDA dan EBITDA margin membaik, interest-bearing debt kami menurun yaitu Rp 51 triliun, di sini kami memahami ada dampak selisih kurs tapi kami kendalikan sehingga laba bersih meningkat," ujarnya.
Meski demikian, Darmawan mengakui kondisi pandemi masih memberi dampak terhadap laba rugi perusahaan walaupun sudah ada regulatory protection. "Namun ada program transformasi dan efisiensi terus berjalan untuk perbaikan terus menerus," ungkapnya.
"Dengan bangga kami umumkan, PLN mampu melakukan upaya pelunasan utang yang dipercepat, yaitu Rp30,8 triliun pada 2020 dan Rp21,7 triliun pada 2021," ujar Dirut PLN , Darmawan.
Lebih lanjut, pemangkasan utang ini terdiri dari pokok utang tersebut maupun bunganya. Dengan pembayaran lebih awal ini, disebutkan biaya operasi PLN turun hingga Rp 5 triliun sampai September 2021.
"Biaya operasional kami turun Rp 5 triliun pada beban keuangan sampai September 2021," ungkapnya.
Untuk itu, lanjutnya, pencapaian kinerja September 2021 lebih baik dari September 2020. Dengan usaha-usaha yang dilakukan, pendapatan usaha stabil dan operasi PLN lebih efisien.
"Kemudian rasio keuangan utama meningkat, cash flow operasi lebih tinggi, EBITDA dan EBITDA margin membaik, interest-bearing debt kami menurun yaitu Rp 51 triliun, di sini kami memahami ada dampak selisih kurs tapi kami kendalikan sehingga laba bersih meningkat," ujarnya.
Meski demikian, Darmawan mengakui kondisi pandemi masih memberi dampak terhadap laba rugi perusahaan walaupun sudah ada regulatory protection. "Namun ada program transformasi dan efisiensi terus berjalan untuk perbaikan terus menerus," ungkapnya.
(akr)
tulis komentar anda