BI Diproyeksi Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan 50 Bps
Kamis, 18 Juni 2020 - 08:14 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal memangkas suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 Bps yang saat ini berada di level 4,50%. Alasannya terang Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro, lantaran di tengah masih berlangsungnya pandemi covid-19 maka BI dinilai perlu memberikan stimulus tambahan.
( )
“Memang kami awal ekspetasi 4,50% its fine, ini sudah bisa jangkau ekspektasi inflasi dan votalitas nilai tukar. Namun memang kalau lihat dari sinyal yang disampikan Pak Gubernur BI, memang ada kemungkinan. Kami sendiri menilai ada ruang di suku bunga BI turun sekitar 25 hingga 50 bps,” jelas Andry di Jakarta, Kamis (17/6/2020).
Menurutnya, ruang penurunan masih terbuka lantaran tingkat inflasi rendah yakni di bawah 3% hingga akhir tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei sebesar 0,07% secara bulanan (month-to-month/mtm). Inflasi lebih rendah dari posisi April 2020 yang sebesar 0,08% dan Mei 2019 yang sebesar 0,68 %.
( )
Sementara inflasi secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) sebesar 0,09 %. Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 2,19% pada Mei 2020. "Penurunan ini bisa membuat stimulus yang baik," imbuhnya.
Dia menambahkan, sentimen pasar keuangan global terutama dari kebijakan Bank Sentral AS alias The Fed memperkuat nilai tukar rupiah. Dengan demikian, suku bunga BI masih tetap kompetitif meskipun ditarik turun.
"Kemudian ada potensi kalau stimulus dari Bank sentral AS kemudian dialirkan oleh investor yang mulai pasang posisi risk on, memang bisa membuat rupiah berada di jalur fundamentalnya. Itu yang menjadi alasan tim kami," imbuhnya.
( )
“Memang kami awal ekspetasi 4,50% its fine, ini sudah bisa jangkau ekspektasi inflasi dan votalitas nilai tukar. Namun memang kalau lihat dari sinyal yang disampikan Pak Gubernur BI, memang ada kemungkinan. Kami sendiri menilai ada ruang di suku bunga BI turun sekitar 25 hingga 50 bps,” jelas Andry di Jakarta, Kamis (17/6/2020).
Menurutnya, ruang penurunan masih terbuka lantaran tingkat inflasi rendah yakni di bawah 3% hingga akhir tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei sebesar 0,07% secara bulanan (month-to-month/mtm). Inflasi lebih rendah dari posisi April 2020 yang sebesar 0,08% dan Mei 2019 yang sebesar 0,68 %.
( )
Sementara inflasi secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) sebesar 0,09 %. Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 2,19% pada Mei 2020. "Penurunan ini bisa membuat stimulus yang baik," imbuhnya.
Dia menambahkan, sentimen pasar keuangan global terutama dari kebijakan Bank Sentral AS alias The Fed memperkuat nilai tukar rupiah. Dengan demikian, suku bunga BI masih tetap kompetitif meskipun ditarik turun.
"Kemudian ada potensi kalau stimulus dari Bank sentral AS kemudian dialirkan oleh investor yang mulai pasang posisi risk on, memang bisa membuat rupiah berada di jalur fundamentalnya. Itu yang menjadi alasan tim kami," imbuhnya.
(akr)
tulis komentar anda