Dibayangi Sentimen Global dan Domestik, Rupiah Hari Ini Ditutup Stagnan
Jum'at, 08 April 2022 - 15:59 WIB
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah hari ini ditutup stagnan setelah perdagangan kemarin ditutup menguat 4 poin di level Rp14.361. Hal itu disinyalir disebabkan oleh investor yang mencerna sinyal hawkish dari The Fed.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa selain sentimen The Fed, dolar AS naik ke level tertinggi hampir dua tahun pada hari Kamis, karena patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun juga mencapai level tertinggi tiga tahun selama sesi sebelumnya.
"The Fed juga mengatakan akan mengurangi neraca Fed setelah pertemuan Mei pada tingkat USD95 miliar per bulan, awal dari pembalikan stimulus besar-besaran yang dipompa ke perekonomian selama pandemi," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (8/4/2022).
Sebelumnya, Presiden Fed St. Louis James Bullard, seorang pemilih tahun ini di Komite Pasar Terbuka Federal dan dikenal sebagai elang, terus membunyikan alarm tentang inflasi pada hari Kamis. Dia mengatakan The Fed tetap tertinggal dalam perjuangannya melawan inflasi meskipun kenaikan suku bunga hipotek dan imbal hasil obligasi pemerintah yang telah berpacu menjelang perubahan aktual dalam target suku bunga dana federal bank sentral.
Sementara Presiden Fed Chicago Charles Evans dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, yang keduanya bukan pemilih pada 2022, pada hari Kamis mendukung kenaikan suku bunga, tetapi memberikan tandingan yang agak dovish.
Dari sentimen domestik, Kepala BPS, Margo Yuwono mengatakan tingkat inflasi pada April berpotensi naik akibat terbebani beban masyarakat.
Demand pada bulan Puasa atau Lebaran meningkat, sedangkan di sisi lain ada kebijakan pemerintah yang berpotensi untuk terjadinya inflasi. April ini dugaan saya tinggi (inflasi), karena ada banyak tekanan dari faktor eksternal.
Menurutnya beberapa kebijakan pemerintah yang mengerek inflasi pertama penyesuaian harga LPG pada 27 Februari 2022, Penyesuaian harga BBM jenis Pertamax per 1 April 2022, dan penyesuaian PPN menjadi 11% di 1 April 2022.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa selain sentimen The Fed, dolar AS naik ke level tertinggi hampir dua tahun pada hari Kamis, karena patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun juga mencapai level tertinggi tiga tahun selama sesi sebelumnya.
"The Fed juga mengatakan akan mengurangi neraca Fed setelah pertemuan Mei pada tingkat USD95 miliar per bulan, awal dari pembalikan stimulus besar-besaran yang dipompa ke perekonomian selama pandemi," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (8/4/2022).
Sebelumnya, Presiden Fed St. Louis James Bullard, seorang pemilih tahun ini di Komite Pasar Terbuka Federal dan dikenal sebagai elang, terus membunyikan alarm tentang inflasi pada hari Kamis. Dia mengatakan The Fed tetap tertinggal dalam perjuangannya melawan inflasi meskipun kenaikan suku bunga hipotek dan imbal hasil obligasi pemerintah yang telah berpacu menjelang perubahan aktual dalam target suku bunga dana federal bank sentral.
Sementara Presiden Fed Chicago Charles Evans dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, yang keduanya bukan pemilih pada 2022, pada hari Kamis mendukung kenaikan suku bunga, tetapi memberikan tandingan yang agak dovish.
Dari sentimen domestik, Kepala BPS, Margo Yuwono mengatakan tingkat inflasi pada April berpotensi naik akibat terbebani beban masyarakat.
Demand pada bulan Puasa atau Lebaran meningkat, sedangkan di sisi lain ada kebijakan pemerintah yang berpotensi untuk terjadinya inflasi. April ini dugaan saya tinggi (inflasi), karena ada banyak tekanan dari faktor eksternal.
Menurutnya beberapa kebijakan pemerintah yang mengerek inflasi pertama penyesuaian harga LPG pada 27 Februari 2022, Penyesuaian harga BBM jenis Pertamax per 1 April 2022, dan penyesuaian PPN menjadi 11% di 1 April 2022.
Lihat Juga :
tulis komentar anda